Jawab :
a.
Pengertian Filsafat
Secara harfiah filsafat berasal dari kata Philo yang
berari cinta, dan sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian,
filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.[1]
Selain itu, filsafat secara bahasa berarti juga pengetahuan tentang
kebijaksanaan, mencari kebenaran dan pengetahuan tentang dasar-dasar atau
prinsip-prinsip.[2]
Menurut istilah filsafat adalah berpikir secara
mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran,
inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.[3]
Filsafat juga dapat diartikan sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya
untuk memahami, mendalami dan menyelami secara radikal dan integral serta
sistematis mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.[4]
b.
Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku
individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan masyarakat dan kehidupan alam
sekitar melalui proses perubahan. Perubahan tersebut dilandasi oleh nilai-nilai
Islam.
Berdasarkan hasil Seminar pendidikan tahun 1960,
pendidikan Islam diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh dan mengawasi berlakunya ajaran Islam. [5]
c.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam adalah merupakan kajian filosofis
mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada ajaran al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber primer, dan
pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim sebagai sumber sekunder.
Secara singkat Filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang
didasarkan pada ajaran Islam atau filsafat yang dijiwai oleh Islam.[6]
2. Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan dalam
kajian Filsafat Pendidikan Islam? Berikan contoh penggunaannya?
Jawab :
Pendekatan dalam kajian Filsafat Pendidikan Islam adalah
titik pandang/cara pandang yang digunakan dalam mengkaji dan menyelesaikan
permasalahan pendidikan secara filosofis berdasarkan ajaran Islam.[7]
Adapun pendekatan yang digunakan dalam Filsafat
Pendidikan Islam dalam memecahkan problema-problema pendidikan yaitu :
v
Pendekatan terhadap wahyu
Dengan menggunakan pendekatan wahyu ini dimaksudkan dengan
upaya memahami kebenaran menggunakan ayat Tuhan. Kebenaran dicari dengan cara
merenungkan, menggali, menafsirkan, membandingkan, menghubungkan serta
menginterpretasikan informasi yang ada dalam wahyu al-Qur’an. Dari pemikiran
ini lalu disusun konsep pemikiran dasar tentang pendidikan Islam.[8]
Contoh penggunaan pendekatan wahyu salah satunya dalam
metodologi tafsir yaitu Tafsir bi al-ma’tsur (riwayat) dan Tafsir bi al-ra’yi
(rasional/nalar/akal)[9]
v
Metode Pendekatan Sejarah
Yaitu Upaya mengkaji hasil pemikiran para ulama Islam
di masa silam sampai sekarang. Melalui pendekatan sejarah diharapkan dapat
diketahui bagaimana konsep-konsep pendidikan Islam dari zaman klasik,
pertengahan dan modern, perkembangan pemikiran, faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan serta faktor-faktor yang mendorong lahirnya konsep-konsep rancangan
pendidikan Islam.[10]
Contoh penggunaannya antara lain biografi tokoh, latar
belakang tokoh, pokok-pokok pemikiran tokoh, serta metode dan corak pemikiran
tokoh pendidikan Islam.
3. Jelaskan struktur filsafat pendidikan Islam
dalam klasifikasi filsafat?
Jawab :
STRUKTUR DISIPLIN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM[11]
4. Bagaimana daya tangkap manusia terhadap
hakekat obyek pendidikan Islam?
Jawab:
Manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan
kemampuannya selaku makhluk yang berpikir, merasa dan mengindera. Di samping
itu, manusia juga bisa mendapat pengetahuannya lewat intuisi dan wahyu dari
Tuhan yang disampaikan lewat pesuruhnya.[12]
Berpikir, merasa, dan mengindera merupakan daya
tangkap manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan. Dengan kemampuan tersebut
maka manusia bisa memperoleh pengetahuan akan suatu hal yang bermanfaat bagi
dirinya.
Secara hakiki objek yang nyata Pendidikan Islam adalah
situasi pergaulan pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam. Obyek yang nyata tersebut dapat diperinci menjadi
bagian-bagian yang terdiri atas adanya relasi/hubungan antara orang dewasa dan
orang yang belum dewasa (metode pembelajaran), alat pergaulan dan alat
pendidikan Islam (media pembelajaran), iklim pergaulan dan lingkungan Islam,
orang yang belum dewasa (peserta didik), orang dewasa (pendidik), tujuan
pendidikan Islam, serta batas pendidikan Islam[13]
Dari uraian tersebut di atas daya tangkap manusia
seperti berpikir, merasa, dan mengindera memiliki kaitan erat dengan hakekat
obyek pendidikan Islam yaitu sebagai alat yang berfungsi menangkap pengetahuan
yang mana pengetahuan tersebut merupakan hal dapat diaplikasikan dalam dunia
pendidikan Islam. Misalnya lewat berpikir mendalam dapat menafsirkan
wahyu-wahyu Allah SWT, lewat mengindera kita dapat memperoleh wawasan tentang
ciptaan-ciptaan Allah, dan lain sebagainya yang semuanya berlandaskan ajaran
Islam.
5. Bagaimana prosedurnya memperoleh ilmu
pendidikan Islam?
Jawab:
Dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, metode atau
prosedur memperoleh ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut :
Ø
Kasbi (khusuli)
adalah cara berpikir sistemik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan
bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan.
Implikasi pandangan tersebut adalah bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh oleh
seseorang jika orang tersebut mau berusaha untuk mendapatkannya dengan cara
belajar, penelitian, uji coba, dan kerja keras. Tanpa itu semua seseorang tidak
akan mendapatkan ilmu yang dia idam-idamkan.
Ø
Laduni (khudluri)
adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang tertentu dengan tidak melalui
proses ilmu pada umumnya tetapi melalui proses pencerahan atau oleh hadirnya
cahaya ilahi ke dalam kalbu seseorang. Untuk memperoleh ilmu semacam ini
seseorang harus membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran jiwa dengan jalan mujahadah dan riyadhoh.[14]
6. Apa yang harus diperhatikan agar memperoleh
ilmu yang benar? Apa benar itu? Apa kriterianya?
Jawab:
Hal-hal yang harus diperhatikan agar memperoleh ilmu yang benar
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar, selain
diperlukan sebuah strategi yang tepat, juga sangat membutuhkan metode yang
tepat pula. Dalam hal ini strategi dan metode yang dipakai harus sesuai dengan
obyek ilmu pengetahuan yang dicari baik berdasarkan sifat maupun jenisnya.
Apakah berupa ilmu alam atau berupa ilmu agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka pentingnya metode mencari ilmu pengetahuan ialah untuk menentukan tata cara yang benar dalam rangka mencari ilmu pengetahuan yang benar-benar valid dan dapat dibuktikan kebenarannya.[15]
Berdasarkan uraian tersebut maka pentingnya metode mencari ilmu pengetahuan ialah untuk menentukan tata cara yang benar dalam rangka mencari ilmu pengetahuan yang benar-benar valid dan dapat dibuktikan kebenarannya.[15]
Pengertian Kebenaran
Maksud
dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato
pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan,
bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”,
tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang
seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja
berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu
kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam
arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).[16]
Dalam bahasan ini, makna “kebenaran”
dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini
mutlak dan tidak sama ataupun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif),
sementara dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada
ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan.
Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka
pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian
kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang
masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya
kebenaran. [17]
Selaras
dengan Poedjawijatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengetahuan dan
obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus dengan
aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.[18]
Meskipun
demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat
akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih sejati lagi
dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan
manusia yang transenden. Dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan
hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai
kebenaran yang transenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat
diluar jangkauan manusia.[19]
Kriteria
Kebenaran
Beberapa kriteria
kebenaran diantaranya ialah:
a)
Teori Koherensi
Yang dimaksud dengan
teori koherensi ialah
bahwa suatu pernyataan
dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat
koheren dan konsisten
dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
Contohnya ialah matematika
yang bentuk penyusunannya, pembuktiannya
berdasarkan teori koheren.
b)
Teori Korespondensi
Teori korespondensi dipelopori
oleh Bertrand Russel.
Dalam teori ini
suatu pernyataan dianggap
benar apabila materi
pengetahuan yang dikandung
berkorespondensi dengan objek
yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Contohnya
ialah apabila ada
seorang yang mengatakan
bahwa ibu kota Inggris
adalah London, maka
pernyataan itu benar.
Sedang apabila dia
mengatakan bahwa ibu kota
Inggris adalah Jakarta,
maka pernyataan itu
salah, karena secara
kenyataan ibu kota Inggris
adalah London bukan
Jakarta.
c)
Teori Pragmatis
Tokoh utama
dalam teori ini
ialah Charles S
Pierce. Teori pragmatis
mengatakan bahwa kebenaran
suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis. Kriteria kebenaran
didasarkan atas kegunaan
teori tersebut. Disamping
itu aliran ini
percaya bahwa suatu
teori tidak akan
abadi, dalam jangka
waktu tertentu itu
dapat diubah dengan
mengadakan revisi.[20]
7. Pengetahuan apa sajakah yang paling
bermakna/ bernilai bagi pendidikan dan pengajaran Islam?
Jawab :
Ada beberapa pengetahuan yang sangat
bermakna dan bernilai bagi pendidikan dan pengajaran Islam, yaitu:
Pertama,
pengetahuan wahyu. Dengan pengetahuan yang bersumber dari wahyu Tuhan maka
seorang pendidik bisa mengetahui nilai-nilai kebenaran yang ada dalam wahyu
tersebut yang kemudian diimplementasikan dalam pendidikan dan pengajaran Islam.
Kedua,
pengetahuan Rasional. Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh
dengan latihan rasio atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap
peristiwa-peristiwa faktual.[21] Pengetahuan
ini bermakna dalam pendidikan dan pengajaran Islam yaitu agar peserta didik
lebih ditekankan dan dituntut untuk berpikir dalam memecahkan masalah.
Ketiga, pengetahuan
Empiris. Pengetahuan empiris diperoleh melalui penginderaan, pendengaran, dan
sentuhan indera-indera lainnya, sehingga
kita memiliki konsep dunia di sekitar kita. Paradigma pengetahuan empiris
adalah sains yang diuji dengan observasi dan eksperimen.[22]
Pengetahuan yang ketiga inilah yang memiliki
kontribusi besar dalam proses pendidikan. Dengan kata lain, pengetahuan empiris
merupakan pengetahuan yang paling bernilai dan bermakna bagi pendidikan dan
pengajaran Islam. Pengetahuan ini menekankan bahwa pendidikan merupakan sebuah
proses pengembangan potensi lewat pengalaman dan interaksi dengan alam sekitar.
Pengetahuan ini selaras dengan salah satu konsep psikologi pendidikan yang
mengatakan bahwa manusia belajar dari lingkungannya tentang cara melakukan
sesuatu.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan,
M.Pd pada hari Senin, 26 September 2011
Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad
Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 3 Oktober 2011
Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad
Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 10 Oktober 2011
Ihsan, Hamdani dan Fuad
Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Khobir, Abdul. 2009. Filsafat
Pendidikan Islam : Landasan Teoritis dan Praktis. Pekalongan: Stain
Pekalongan Press.
Poedjawijatna, I.R. 1987.
Tahu dan Pengetahuan : Pengantar ke IImu dan Filsafat. Jakarta: Bina
Aksara.
Syafi’i, Inu
kencana . 1995. Filsafat kehidupan : Prakata. Jakarta: Bumi Aksara.
Thoyibi, M. 1994. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
http://kkpigama.wordpress.com/2010/01/25/epistemologis-ilmu-pengetahuan-paper/
diakses pada hari Senin, 31 Oktober 2011
http://mawardiumm.wordpress.com/2008/06/02/kebenaran-dalam-perspektif-filsafat-ilmu/
diakses pada hari Senin, 31 Oktober 2011
[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam : Landasan Teoritis dan Praktis,
(Pekalongan: Stain Pekalongan Press, 2009), hlm. 1
[2] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia,
2001), hlm. 11
[3]
Abdul Khobir, Loc.Cit.
[4] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Op.Cit., hlm.13
[7] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh
Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 26 September 2011
[9] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh
Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 26 September 2011
[10] Abdul
Khobir, Loc.Cit.
[11] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh
Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 10 Oktober 2011
[12]
M. Thoyibi, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya,
( Surakarta: Muhammadiyah University Press, 1994), hlm. 1
[13] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh
Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 3 Oktober 2011
[15]http://kkpigama.wordpress.com/2010/01/25/epistemologis-ilmu-pengetahuan-paper/
diakses pada hari Senin, 31 Oktober
2011
[16] Inu kencana Syafi’i, Filsafat kehidupan : Prakata
, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.
[17] http://mawardiumm.wordpress.com/2008/06/02/kebenaran-dalam-perspektif-filsafat-ilmu/
diakses pada hari Senin, 31 Oktober 2011
[18]
I.R. Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan :
Pengantar ke IImu dan Filsafat, (Jakarta: Bina Aksara. 1987), hlm. 16
[19] http://mawardiumm.wordpress.com/2008/06/02/kebenaran-dalam-perspektif-filsafat-ilmu/
diakses pada hari Senin, 31 Oktober 2011