Saturday, 17 October 2015

Pengertian Filsafat Pendidikan Islam (tugas )


1.      Jelaskan Pengertian Filsafat Pendidikan Islam?
Jawab :
a.      Pengertian Filsafat
Secara harfiah filsafat berasal dari kata Philo yang berari cinta, dan sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.[1] Selain itu, filsafat secara bahasa berarti juga pengetahuan tentang kebijaksanaan, mencari kebenaran dan pengetahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip.[2]
Menurut istilah filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.[3] Filsafat juga dapat diartikan sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami, mendalami dan menyelami secara radikal dan integral serta sistematis mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.[4]
b.     Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitar melalui proses perubahan. Perubahan tersebut dilandasi oleh nilai-nilai Islam.
Berdasarkan hasil Seminar pendidikan tahun 1960, pendidikan Islam diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya ajaran Islam. [5]

c.      Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam adalah merupakan kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada ajaran al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim sebagai sumber sekunder. Secara singkat Filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam atau filsafat yang dijiwai oleh Islam.[6]

2.      Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan dalam kajian Filsafat Pendidikan Islam? Berikan contoh penggunaannya?
Jawab :
Pendekatan dalam kajian Filsafat Pendidikan Islam adalah titik pandang/cara pandang yang digunakan dalam mengkaji dan menyelesaikan permasalahan pendidikan secara filosofis berdasarkan ajaran Islam.[7]
Adapun pendekatan yang digunakan dalam Filsafat Pendidikan Islam dalam memecahkan problema-problema pendidikan yaitu :
v  Pendekatan terhadap wahyu
Dengan menggunakan pendekatan wahyu ini dimaksudkan dengan upaya memahami kebenaran menggunakan ayat Tuhan. Kebenaran dicari dengan cara merenungkan, menggali, menafsirkan, membandingkan, menghubungkan serta menginterpretasikan informasi yang ada dalam wahyu al-Qur’an. Dari pemikiran ini lalu disusun konsep pemikiran dasar tentang pendidikan Islam.[8]
Contoh penggunaan pendekatan wahyu salah satunya dalam metodologi tafsir yaitu Tafsir bi al-ma’tsur (riwayat) dan Tafsir bi al-ra’yi (rasional/nalar/akal)[9]
v  Metode Pendekatan Sejarah
Yaitu Upaya mengkaji hasil pemikiran para ulama Islam di masa silam sampai sekarang. Melalui pendekatan sejarah diharapkan dapat diketahui bagaimana konsep-konsep pendidikan Islam dari zaman klasik, pertengahan dan modern, perkembangan pemikiran, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan serta faktor-faktor yang mendorong lahirnya konsep-konsep rancangan pendidikan Islam.[10]
Contoh penggunaannya antara lain biografi tokoh, latar belakang tokoh, pokok-pokok pemikiran tokoh, serta metode dan corak pemikiran tokoh pendidikan Islam.

3.      Jelaskan struktur filsafat pendidikan Islam dalam klasifikasi filsafat?
Jawab :
STRUKTUR DISIPLIN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM[11]

4.      Bagaimana daya tangkap manusia terhadap hakekat obyek pendidikan Islam?
Jawab:
Manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan kemampuannya selaku makhluk yang berpikir, merasa dan mengindera. Di samping itu, manusia juga bisa mendapat pengetahuannya lewat intuisi dan wahyu dari Tuhan yang disampaikan lewat pesuruhnya.[12]
Berpikir, merasa, dan mengindera merupakan daya tangkap manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan. Dengan kemampuan tersebut maka manusia bisa memperoleh pengetahuan akan suatu hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Secara hakiki objek yang nyata Pendidikan Islam adalah situasi pergaulan pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam. Obyek yang nyata tersebut dapat diperinci menjadi bagian-bagian yang terdiri atas adanya relasi/hubungan antara orang dewasa dan orang yang belum dewasa (metode pembelajaran), alat pergaulan dan alat pendidikan Islam (media pembelajaran), iklim pergaulan dan lingkungan Islam, orang yang belum dewasa (peserta didik), orang dewasa (pendidik), tujuan pendidikan Islam, serta batas pendidikan Islam[13]
Dari uraian tersebut di atas daya tangkap manusia seperti berpikir, merasa, dan mengindera memiliki kaitan erat dengan hakekat obyek pendidikan Islam yaitu sebagai alat yang berfungsi menangkap pengetahuan yang mana pengetahuan tersebut merupakan hal dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan Islam. Misalnya lewat berpikir mendalam dapat menafsirkan wahyu-wahyu Allah SWT, lewat mengindera kita dapat memperoleh wawasan tentang ciptaan-ciptaan Allah, dan lain sebagainya yang semuanya berlandaskan ajaran Islam.

5.      Bagaimana prosedurnya memperoleh ilmu pendidikan Islam?
Jawab:
Dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, metode atau prosedur memperoleh ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
Ø  Kasbi (khusuli) adalah cara berpikir sistemik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan. Implikasi pandangan tersebut adalah bahwa ilmu pengetahuan dapat diperoleh oleh seseorang jika orang tersebut mau berusaha untuk mendapatkannya dengan cara belajar, penelitian, uji coba, dan kerja keras. Tanpa itu semua seseorang tidak akan mendapatkan ilmu yang dia idam-idamkan.
Ø  Laduni (khudluri) adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses ilmu pada umumnya tetapi melalui proses pencerahan atau oleh hadirnya cahaya ilahi ke dalam kalbu seseorang. Untuk memperoleh ilmu semacam ini seseorang harus membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran jiwa dengan jalan mujahadah dan riyadhoh.[14]

6.      Apa yang harus diperhatikan agar memperoleh ilmu yang benar? Apa benar itu? Apa kriterianya?
Jawab:
Hal-hal yang harus diperhatikan agar memperoleh ilmu yang benar
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar, selain diperlukan sebuah strategi yang tepat, juga sangat membutuhkan metode yang tepat pula. Dalam hal ini strategi dan metode yang dipakai harus sesuai dengan obyek ilmu pengetahuan yang dicari baik berdasarkan sifat maupun jenisnya. Apakah berupa ilmu alam atau berupa ilmu agama.
Berdasarkan uraian tersebut maka pentingnya metode mencari ilmu pengetahuan ialah untuk menentukan tata cara yang benar dalam rangka mencari ilmu pengetahuan yang benar-benar valid dan dapat dibuktikan kebenarannya.[15]
Pengertian Kebenaran
Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).[16]
Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama ataupun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran. [17]
Selaras dengan Poedjawijatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.[18]
Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih sejati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden. Dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang transenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan manusia.[19]
Kriteria  Kebenaran
Beberapa  kriteria  kebenaran  diantaranya  ialah:
a)     Teori  Koherensi
Yang  dimaksud  dengan  teori  koherensi  ialah  bahwa  suatu  pernyataan  dianggap  benar  bila  pernyataan  itu  bersifat  koheren  dan  konsisten  dengan  pernyataan-pernyataan  sebelumnya  yang  dianggap  benar.  Contohnya  ialah  matematika  yang  bentuk  penyusunannya,  pembuktiannya  berdasarkan  teori  koheren.
b)     Teori  Korespondensi
Teori  korespondensi  dipelopori  oleh  Bertrand  Russel.  Dalam  teori  ini  suatu  pernyataan  dianggap  benar  apabila  materi  pengetahuan  yang  dikandung  berkorespondensi  dengan  objek  yang  dituju  oleh  pernyataan  tersebut.  Contohnya  ialah  apabila  ada  seorang  yang  mengatakan  bahwa  ibu kota  Inggris  adalah  London,  maka  pernyataan  itu  benar.  Sedang  apabila  dia  mengatakan  bahwa  ibu kota  Inggris  adalah  Jakarta,  maka  pernyataan  itu  salah,  karena  secara  kenyataan  ibu kota  Inggris  adalah  London  bukan  Jakarta.
c)     Teori  Pragmatis
Tokoh  utama  dalam  teori  ini  ialah  Charles  S  Pierce.  Teori  pragmatis  mengatakan  bahwa  kebenaran  suatu  pernyataan  diukur  dengan  kriteria  apakah  pernyataan  tersebut  bersifat  fungsional  dalam kehidupan  praktis. Kriteria  kebenaran  didasarkan  atas  kegunaan  teori  tersebut.  Disamping  itu  aliran  ini  percaya  bahwa  suatu  teori  tidak  akan  abadi,  dalam  jangka  waktu  tertentu  itu  dapat  diubah  dengan  mengadakan  revisi.[20]
7.      Pengetahuan apa sajakah yang paling bermakna/ bernilai bagi pendidikan dan pengajaran Islam?
Jawab :
Ada beberapa pengetahuan yang sangat bermakna dan bernilai bagi pendidikan dan pengajaran Islam, yaitu:
Pertama, pengetahuan wahyu. Dengan pengetahuan yang bersumber dari wahyu Tuhan maka seorang pendidik bisa mengetahui nilai-nilai kebenaran yang ada dalam wahyu tersebut yang kemudian diimplementasikan dalam pendidikan dan pengajaran Islam.
Kedua, pengetahuan Rasional. Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.[21] Pengetahuan ini bermakna dalam pendidikan dan pengajaran Islam yaitu agar peserta didik lebih ditekankan dan dituntut untuk berpikir dalam memecahkan masalah.
Ketiga, pengetahuan Empiris. Pengetahuan empiris diperoleh melalui penginderaan, pendengaran, dan sentuhan indera-indera  lainnya, sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita. Paradigma pengetahuan empiris adalah sains yang diuji dengan observasi dan eksperimen.[22]
Pengetahuan yang ketiga inilah yang memiliki kontribusi besar dalam proses pendidikan. Dengan kata lain, pengetahuan empiris merupakan pengetahuan yang paling bernilai dan bermakna bagi pendidikan dan pengajaran Islam. Pengetahuan ini menekankan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses pengembangan potensi lewat pengalaman dan interaksi dengan alam sekitar. Pengetahuan ini selaras dengan salah satu konsep psikologi pendidikan yang mengatakan bahwa manusia belajar dari lingkungannya tentang cara melakukan sesuatu.



SEKIAN DAN TERIMA KASIH




DAFTAR PUSTAKA

Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 26 September 2011

Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 3 Oktober 2011

Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 10 Oktober 2011

Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 2001.  Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia.

Khobir, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam : Landasan Teoritis dan Praktis. Pekalongan: Stain Pekalongan Press.

Poedjawijatna, I.R. 1987. Tahu dan Pengetahuan : Pengantar ke IImu dan Filsafat. Jakarta: Bina Aksara.

Syafi’i, Inu kencana . 1995. Filsafat kehidupan : Prakata. Jakarta: Bumi Aksara.

Thoyibi, M. 1994. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
http://jsarwono.psend.com/bab1.html diakses pada hari Senin, 31 Oktober  2011








[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam : Landasan Teoritis dan Praktis, (Pekalongan: Stain Pekalongan Press, 2009), hlm. 1
[2] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2001), hlm. 11
[3] Abdul Khobir, Loc.Cit.
[4] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Op.Cit., hlm.13
[5] Abdul Khobir, Op.Cit., hlm. 3
[6] Ibid, hlm. 5
[7] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 26 September 2011
[8] Abdul Khobir, Op.Cit., hlm.15
[9] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 26 September 2011
[10] Abdul Khobir, Loc.Cit.
[11] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 10 Oktober 2011
[12] M. Thoyibi, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya, ( Surakarta: Muhammadiyah University Press, 1994), hlm. 1
[13] Catatan Kuliah Filsafat Pendidikan oleh Muchamad Fauzan, M.Pd pada hari Senin, 3 Oktober 2011
[14] Abdul Khobir, Op.Cit., hlm.32
[16] Inu kencana Syafi’i, Filsafat kehidupan : Prakata , (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.
[18] I.R. Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan : Pengantar ke IImu dan Filsafat, (Jakarta: Bina Aksara. 1987), hlm. 16
[20] http://jsarwono.psend.com/bab1.html diakses pada hari Senin, 31 Oktober  2011
[21] Abdul Khobir, Op.Cit., hlm.27
[22] Ibid, hlm. 28