M A K A L A H
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai
karakteristik tersendiri. Pengetahuan mempunyai berbagai cabang pengetahuan dan
ilmu merupakan salah satu cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik keilmuan
itulah yang mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus yang membedakan ilmu dari
berbagai cabang pengetahuan lainnya.
Epistemologi membahas persoalan tentang
pengetahuan. Dalam epistemologi yang paling mendasar untuk dibicarakan adalah
apa yang menjadi sumber pengetahuan, bagaimana struktur pengetahuan. Hal ini
akan berkaitan dengan macam atau jenis pengetahuan dan bagaimana kita dapat
memperoleh pengetahuan tersebut.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Epistemologi
Secara bahasa (etiologi) epistemologi ini
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “episteme” dan “logos. Episteme
berarti pengetahuan sedangkan logos berarti teori, uraian atau alasan. Jadi
epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan (teori of
knowledge). Sedangkan dalam segi istilah
epistemologi merupakan suatu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan
radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas
pengetahuan.[1]
B.
Epistemologi dan Pendidikan
Epistemologi seperti halnya metafisika
berada pada dasar pemikiran dan aktivitas manusia. Sistem-sistem pendidikan
bersinggungan dengan pengetahuan dan karena itu epistemologi merupakan
determinan utama paham-paham dan praktil-praktik kependidikan. Epistemologi
memberi pengaruh langsung berkenaan dengan komunikasi pengetahuan dari satu
orang ke orang lain juga akan berpengaruh terhadap metodologi pengajaran dan
fungsi guru dalam konteks edukatif.[2]
C.
Sumber-sumber Pengetahuan
1.
Panca
Indra
Empirisme adalah paham yang menganggap pengetahuan
dicapai melalui indra: bahwa orang-orang membangun gambaran tentang dunia di
sekeliling mereka dengan melihat, mendengar, membau, meraba dan mengecap.
Pengetahuan empiris lekat menyatu dalam hakikat pengalaman manusia itu sendiri.
Seseorang mungkin akan keluar rumah di musin semi dan melihat-lihat keindahan
pemandangan, mendengrakan kicauan burung dan merasakan hangatnya matahari. Dia
mengetahui bahwa musimnya adalah musim semi karena pesan-pesan yang diterimanya
melalui panca indra. Pengetahuan ini tersusun dari gagasan-gagasan yang
terbentuk sejalan dengan data yang teramati. Pengetahuan indrawi bagi manusia
adalah dekat dan universal dannnn dalam banyak hal ini merupakan dasar bagi
banyak pengetahuan kita.
2.
Otoritas
Pengetahuan otoritas diakui sebagai kebenaran
karena ini berasal dari para ahli. Di dalam ruang kelas umumnya sebagian banyak
sumber informasi adalah otoritas, semisal text book (buku pelajaran), guru atau
buku rujukan.
Otoritas sebagai sebuah sumber pengetahuan
mempunyai nilai positif dan negatif. Peradaban tentu akan berada dalam
kemandekan keterputusan) seandaikany tiap-tiap individu tidak mau menerima
pendapat apa pun jika ia tidak membuktikannya lewat pengalaman langsung, yaitu
pengalaman langsung. Penerimaan pengetahuan otoritatif umumnya menghemat waktu
dan meningkatkan kemajuan sosial dan keilmuan. Di sisi lain bentuk pengetahuan
ini hanyalah senilai dengan sahnya asumsi-asumsi yang mendasarinya. Jika
pengetahuannya otoritatif didasarkan pada pondasi asumsi-asumsi yang keliru
maka pengetahuannya tersebut nicaya menjadi meleset.[3]
3.
Akal
Pikir
Pandangan bahwa penalaran, pemikiran dan logika
merupakan faktor sentral dalam pengetahuan disebut dengan rasionalisme. Menurut
kaum rasionalisme berpendapat bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam
pengetahuan. Akal manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui kebenaran alam
semesta yang tidak mungkin diketahui melalui observasi.
4.
Intuisi
Penangkapan langsung pengetahuan yang bukan hasil
dari penalaran kesadaran atau hasil dari serapan indrawi yang begitu cepat
disebut dengan intuisi. Intuisi berlangsung diantara ambang kesadaran. Ia seringkali
dialami sebagai suatu kelas pemahaman yang tiba-tiba. Kelemahan atau bahaya
intuisi adalah bahwa ia tidak mewujud sebagai metode yang aman untuk memperoleh
pengetahuan ketika digunakan sendirian. Adapun kelebihannya untuk bisa melewati
keterbatasan-keterbatasan pengalaman manusia.
5.
Wahyu
Wahyu adalah komunikasi dengan Tuhan yang berisi
tentang kemauan Tuhan. Orang-orang yang percaya akan wahyu berpendapat bahwa
bentuk pengetahuan ini mempunyai kelebihan yang berbeda karena berasal dari
sumber informasi yang maha tahu yang tak dapat dicapai lewat cara-cara
epistemologis lain. Kebenaran yang diperoleh melalui sumber wahyu ini dipercaya
absolut dan tak tercampuri (murni).
D.
Teori Ilmu Pengetahuan
Teori pengetahuan adalah ways of knowing
(cara-cara mengetahui) dengan perkataan lain bagaimana sesungguhnya proses
manusia mengetahui sesuatu.
Menurut Brucher ada beberapa teori pengetahuan
sebagai berikut:
1. Teori Pengetahuan Menurut Correspondence
Pada teori ini proses mengetahui adalah
proses partisipasi langsung oleh peserta didik terhadap realita objek secara
wajar melalui studi.
2. Teori Pengetahuan menurut Consistency
Menurut teori ini pengetahuan didapat oleh
seseorang dari luar melalui panca indera, tetapi kesan-kesan yang ditangkap
oleh panca indera bukanlah realitas yang ditangkap langsung secara objektif,
sebab seseorang tidak akan mampu menangkap realitas objektif secara hakiki.
3. Teori Pengetahuan Menurut Intuisi
Cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
melalui pengalaman intuisi atau pengalaman mistik. Dalam hal ini pengetahuan
memancar secara tiba-tiba bersifat ilmiah (inspiratif).
4. Teori Pengetahuan Menurut Pragmatisme
Menurut teori ini pengetahuan diperoleh
oleh seseorang dengan belajar melalui interaksi subjek dengan lingkungannya secara
langsung. Dengan kata lain teori pengetahuan menurut pragmatisme adalah
kemampuan seseorang didalam memecahkan problema-problema kehidupan secara aktif
dengan segala kemampuan, pertimbangan, sikap kritis, analisis dan
tindakan-tindakan secara nyata.
5. Teori Pengetahuan Menurut Authorithy
Pengetahuan yang didapat oleh seseorang
melalui pendapat orang lain yang didasarkan kepada penelitian dan pembuktian
secara ilmiah.
E.
Pendekatan dan metode Perolehan Ilmu Pengetahuan
Adapun pendekatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan antara lain :
1. Skpetisme
Bagi aliran ini tidak ada suatu cara yang
sah untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mengingat kemampuan panca indra dan akal
manusia terbatas.
2. Aliran keraguan (Academy Doubt)
Suatu aliran yang dalam perolehan ilmu
pengetahuan berpangkal dari keraguan sebagai jembatan perantara menuju kepada
kepastian.
3. Empirisme
Cara pencarian ilmu pengetahuan melalui
panca indra, karena indra tersebut yang menjadi instrumen untuk menghubungkan
ke alam.
4. Rasionalisme
Suatu cara untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dengan mengandalkan akal pikiran, karena akal dapat membedakan
antara yang baik dan yang buruk.
5. Aliran yang menggabungkan pendekatan
empiris dan rasionalisme
Menurut aliran ini cara untuk memperoleh
ilmu pengetahuan itu melalui pengertian dan pengindraan, karena pengertian
tidak dapat melihat dan indra tidak dapat berpikir, sehingga rasio dan indra
perlu disatukan.
6. Intuisi
Suatu pendekatan dalam memperoleh ilmu
pengetahuan dengan menggunakan daya jiwa.
7. Wahyu
Pendekatan ini bersifat metafisik dan
bercirikan transendental. Pendekatan ini harus didasari oleh kepercayaan
(iman).
Sedangkan metode yang dapat digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
menurut Socrates dapat dilakukan melalui dialektik yang ditandai dengan karakteristik
sebagai berikut:
1.
Dialektika
artinya metode yang digunakan oleh 2 orang atau lebih yang pro dan kontra atau
memiliki perbedaan pendapat.
2.
Konferensi
provisional adalah kebenaran yang dicari hanya sifat sementara dan tidak mutlak
dan merupakan alternatif yang terbuka untuk segala kemungkinan.
3.
Empirisme
induktif artinya segala yang dibicarakan dan cara penyelesaian bersumber pada
hal-hal yang bersifat empiris
4.
Konsepsional
artinya metode yang ditujukan untuk tercapainya pengetahuan, pengertian dan konsep-konsep
yang lebih definitif daripada sebelumnya.
III.
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia ini dan untuk memperolehnya perlu dilakukan usaha dan kerja keras.
Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia ia akan dapat mengenal
adanya Tuhan (ma’rifatullah).
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2008. Filsafat
Pendidikan Islam Landasan Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Gama Media
Offset.
R. Knight, George. 2007. Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media.
[1]
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan
Islam Landasan Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta: Gama Media Offset, 2007),
h. 25-26 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila. (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), h. 32
[2]
George R. Khight, Filsafat
Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2007), h. 44-45