Ontologi
merupakan study tentang realitas tertinggi. Istilah yang berdekatan dengan ontology adalah disiplin metaphisika.
Keduanya memiliki arti maksud dan tujuan
yang hampir serupa. Perbedaan kecil memang ada, yaitu ontology membahas masalah
realitas, sedangkan metaphysika merupakan study tentang sifat ada atau
eksistensi.
Dapat diambil
ksimpulan bahwa ontology dan metaphysika menyangkut daerah yang sama, jadi
cakupan kajian ontology meliputi yang ada(being) dan yang nyata (realitas)
maupun esensi eksistensi. Berikut ini akan dijelaskan
scope kajian ontology antara lain:
a. Yang ada(being)
Pada prinsipnya ada itu
ada dua, ada yang menciptakan da nada yang diciptakan, ada yang menyebabkan da
nada yang diakibatkan. Ada
yang menciptakan tidak sepenuhnya tepat untuk disebut sebagai sebab yang ada,
karena hukum sebab akibat berlainan dengan hokum yang menciptakan dan yang diciptakan. Hukum sebab akibat bisa
bersifat fisik,mekanis, berdimensi material, sementara pencipta dan ciptaan
didalamnya selalu terkandung dimensi
ideal, yang bersifat spiritual.
b. Yang nyata(realitas)
Masalah realitas dapat dipahami dengan pernyataan bahwa nyata da nada
mempunyai pengertian serupa. Kata ada dipandang sebagai keragaman yang spesifik
dan prosedur ontology yang pertama digunakan untuk membedakan apa yang sebenarnya nyata.
c. Esensi dan eksistensi
Dalam setiap yang ada, baik
yang nyata maupun tidak nyata selalu ada dua sisi didalamnya, yaitu sisi esensi
dan sisi eksistensi . Bagi yang ghaib,sisi yang nampak adalah eksistensi, sedangkan
bagi yang ada yang konkret, sisi yang
namoak bias kedua-duanya, yaitu esensi dan eksistensi. Eksistensi berada pada
hubungan-hubungan yang bersifat konkret, baik vertical maupun horizontal dan
bersifat actual dan eksistensi juga berorientasi pada masa kini dan masa depan,
sedangkan esensi adalah kemasalaluan.[1]