Saturday, 17 October 2015

Implikasi Ontologi dalam Dunia Pendidikan


Implikasi Ontologi dalam Dunia Pendidikan
Ontologi bukanlah suatu hal yang sia-sia melainkan dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Pendidikan terutama yang berkaitan dengan cita-cita dan tujuan pendidikan, muatan kurikulum, dan metode pengajaran sangat menekankan pentingnya pandangan filsafat pendidikan yang sangat menyeluruh. Hal ini menunjukkan bahwa filsafat pendidikan sangat bergantung pada kepercayaan, keyakinan atau pandangan hidup individu atau masyarakat yang terlibat di dalamnya. Hal ini juga didukung oleh fakta yang secara eksplisit maupun implisit mengatakan bahwa setiap ide, keputusan atau tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pandangan filsafat, agama ataupun sains mengenai hakikat manusia baik jasmaniah maupun ruhaniah (Wan Mohd Nor Wan Daud, 2003: 78).
Impilikasi ontologi secara nyata dapat dibuktikan di dunia pendidikan. Pada sebagian SMA, mata pelajaran yang berpokok pangkal pada idea, seperti kesusastraan umpamanya, masih dianggap oleh sebagian masyarakat mempunyai derajat lebih tinggi. Seluruh kurikulum berisi macam-macam mata pelajaran yang telah diatur dan ditetapkan secara hierarki. Di SMA terdapat pula mata pelajaran yang isinya mengandung idea dan konsep-konsep.  Pada tingkatan universitas, pandangan kaum idealis ini lebih jelas lagi penerapannya. Pengetahuan seni budaya adalah bidang studi yang mempersiapkan bahan pemikiran dan kebebasan berpikir. Bidang studi yang dianggap penting adalah mata kuliah yang bersifat teoritis, abstrak dan simbolis (Prasetya, 2000: 100).
Selain itu pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama pendidikan. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengetahui sesuatu. Anak-anak di sekolah atau masyarakat akan menghadapi realita, obyek pengalaman, benda mati, sub human dan human.
Anak-anak harus dibimbing untuk memahami realitas dunia yang nyata ini dan untuk membimbing pengertian anak-anak untuk memahami sesuatu realita bukanlah semata-mata kewajiban sekolah atau pendidikan. Kewajiban sekolah juga untuk membina kesabaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita. Ini berarti realita itu sebagai tahap pertama, sebagai stimulus untuk menyelami kebenaran. Anak-anak secara sistematis wajib dibina potensi berpikir kritis untuk mengerti kebenaran.[1]
Dengan pembinaan dan bimbingan tersebut, dihrapkan anak-anak mampu mengerti perubahan-perubahan di dalam lingkungan hidupnya baik tentang adat istiadat, tata sosial dan pola-pola masyarakat, maupun tentang nilai-nilai moral dan hukum. Daya pikir yang kritis akan sangat membantu pengertian tersebut. Kewajiban pendidik kaitannya dengan ontologis ini ialah membina daya pikir yang tinggi dan kritis pada anak.
Implikasi pandangan ontologi terhadap pendidikan adalah bawha dunia pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari. Melainkan sebagai sesuatu yang tak terbatas realitas fisis, spiritual, yang tetap dan berubah-ubah (Mohammad Noor Syam, 1988: 32)
Kurikulum merupakan inti dari pendidikan. Dalam muatan kurikulum sangat menekankan pentingnya pandangan filsafat pendidikan yangp menyeluruh. Jangkauan maupun isi kurikulum diambilkan dari hal yang telah diketahui manusia dari nilai-nilai yang diperoleh dari alam semesta.[2]




[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011) hal. 23-24
[2] Ibid, hal. 24