SEBAGAI USAHA
PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
CEPAGAN, WARUNGASEM,
BATANG
Abstract
Bangsa indonesia
yang kini sedang mengalami transisi demokrasi merasakan kebutuhan dan keinginan
yang mendalam untuk meninggalkan buruknya kinerja ekonomi dan praktik-praktik
atau perilaku individu dan pemerinyahan yang telah menimbulkan kemiskinan, ketidaktahuan,
kesenjangan, dan ketergantungan. Adapun kebijakan pemerintah yang dilakukan
antara lain dengan adanya otonomi daerah yang mengatur segala sesuatunya,
terlebih dibidang ekonomi.
Hakikat otonomi
daerah adalah mengembangkan manusia-manusia Indonesia yang otonom, yang
memberikan kekuasaan bagi terkuaknya potensi-potensi terbaik yang dimiliki oleh
setiap individu secara optimal. Individu-individu yang otonom menjadi modal
dasar bagi perwujudan otonomi daerah yang hakiki. Oleh karena itu, penguatan otonomi
daerah harus membuka kesempatan yang sama dan seluas-luasnya bagi setiap pelaku
dalam rambu-rambu yang disepakati bersama sebagai jaminan terselenggaranya social
order. Diluar itu pada prinsipnya tidak boleh ada pembatasan, khusunya
dalam mobilitas faktor-faktor produksi.
Referensi : Faisal Basri,
perekonomian Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2002)
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan kawasan negara yang memiliki kekayaan
alam yang melimpah ruah. Tidak hanya kekayaan alam saja, bahkan terkenal dengan
negara yang memiliki kekayaan budaya yang begitu mempesona dimata dunia. Tidak
bisa dipungkiri lagi banyak hasil-hasil budaya pun dapat dinikmati oleh para
wisatanwan, baik domestik maupun manca negara. Seperti batik, kerajinan tangan,
lukisan, tenun dan masih banyak lagi hasil-hasil seni budaya dari Indonesia.
Begitu bangganya menjadi warga Indonesia yang mempunyai banyak harta berharga
yang tak ternilai harganya. Rangkaian karya seni dari tangan-tangan masyarakat
Indonesia memberikan nilai plus. Bahkan dari hasil karya seni budaya ini
menambah income negara. Seperti hasil tenun yang diproduksi indonesia, baik
tenun hasil mesin ataupun dengan alat tradisonal (ATBM). Dimana hasil tenun
tersebut bisa menjadi berbagai jenis barang, seperti: sajadah, taplak meja,
kerudung, sorban, tikar dan masih banyak lagi jenisnya. Warisan budaya ini
pastinya harus dilestarikan agar tetap mejadi ciri khas Indonesia. Dari proses
awal pembuatanya bahkan alat yang digunakan pun perlu dijaga. Adapun tenun yang
bukan menggunkan mesin, dikenal dengan ATBM, yang mana dalam proses
pembuatannya masing menggunakan alat tradisional.
Tenun ATBM merupakan kerajinan yang berupa kain yang dibuat
dari benang dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin,
yang dikerjakan dengan Alat Tenun Bukan Mesin. Indonesia sangat kaya akan hasil
tenun tradisional yang beraneka ragam, masing-masing daerah mempunyai keunikan
ragam hias yang dipengaruhi oleh adat istiadat budaya setempat, serta alat yang
digunakan. Salah satu daerah penghasil tenun ATBM adalah Kota Batang. Tepatnya
didaerah Warungasem banyak terdapat pengrajin tenun khususnya di desa Cepagan. Para
pengrajin banyak memproduksi kain tenun berbahan dasar benang sebagaimata
pencahariannya. Disana belum memiliki sarana dan fasilitas bersama. Selain itu,
belum ada pengembangan kawasan sehingga belum terbentuk kawasan industri
terpadu yang memfasilitasi berbagai macam kegiatan. Masing-masing pengusaha dan
pengrajin bergerak sendiri-sendiri, belum ada sebuah wadah komunikasi bersama
berupa koperasi, paguyuban atau kelompok bersama. Diperlukan pula wadah berupa
ruang yang menjadi sarana komunikasi dan pengembangan bagi para pengrajin dan
pengusaha tenun ATBM di Cepagan. Sehingga income yang didapatkan belum
maksimal. Perlu adanya manajemen yang baik dalam pengembangan dan pengelolaan
jasil tenun.
Hasil survey yang kami dapatkan, memperlihatkan kondisi
berikut:
1. Tempat kerja yang kurang kondusif
2. Kuantitas hasil yang dijual masih
rendah
3. Jenis barang yang diproduksi tidak
bervariasi
4. Peralatan yang dimiliki masih minim
jumlahnya
5. Usaha mereka tida dilandasi dengan
semangat yang memadai
6. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi
manajemen berbisnis
7. Perluasan jaringan pemasaran kurang
bagus
8. Pengambilan tenaga kerja yang tidak
proporsional.
Disamping kekurangan tersebut, para produsen tenun ini
mempunyai klebihan sebgai berikut:
1. Memiliki keuletan dalam mengelola
bisnis tenun
2. Moral yang agamis
3. Kerja keras
4. Keinginan untuk berkembang
5. Mental dan naluri bisnis yang baik
6. Memiliki potensi serta peluang
mengembangkan bisnis sebagai penopang kehidupan keluarga.
Alasan pentingnya pengembangan usaha tenun desa Cepaga juga
didasari oleh faktor-faktor lainnya, seperti perlunya pelestarian tenun sebagai
warisan budaya yang menjadi aset berharga bagi negara. Perlu adanya proses
pewarisan mengenai pengetahuan tentang tenun menenun agar tidak musnah. Aoalagi
mereka memiliki jiwa bisnis yang cukup bagus, sehinggan pengembangan dapat
dilakukan turun menurun kepada anak cucu mereka nanti.
PERMASALAHAN
Mengacu pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Bagaimana mensinergikan pengembangan usaha tenun sebagai
faktor peningkatan ekonomi masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang
diharapkan, dengan mengembangkan hasil tenun melalui peningkatan kualitas dan
kuantitas serta memperluas jaringan pemasaran ?
Tujuan
:
1.
Memanfaatkan peluang dan kesempatan potensi masyarakat
Cepagan
2. Menanamkan dan meningkatkan jiwa wirausaha
para pengrajin tenun
3. Mengembangkan jenis dan bentuk hasil
tenun dipasaran
4. Menyadarkan para pengrajin tenun
akan pentingnya melestarikan warisan budaya
5. Meningkatkan pendapatan para penjual
jamu tradisional per hari
6. Menambah wawasan keilmuan dalam mengembangkan
usaha tenun
Outcome :
1. Kerajinan tenun akan disukai oleh
konsumen disemua lapisan masyarakat
2. Profil jiwa wirausaha para pengrajin
tenun menigkat sehingga terbentuk usaha tenun yang berwawasan bisnis
3. Jenis dan bentuk produksi tenun
menigkat secara kualitas dan kuantitas di pasaran
4. Para pengrajin menyadari akan
pentingnya menjaga warisan budaya yang begitu berharga
5. Meningkatnya pendapatan para
pengrajin tenun per harinya.
6. Kerajinan tenun dapat dilestarikan
oleh masyarakat
Pada hasil survey kami sudah ada upaya mengenai pengembangan
usaha tenan dengan menjadikan lokasi desa Cepagan sebagai desa wisata tenun,
akan tetapi upaya tersebut agaknya terhambat karena beberapa faktor. Pendaaan
program tersebut di alokasikan dari dana PNPM, kurang lebih dana yang
dianggarkan mencapai Rp 100.000.000,00 dari pemerintah. Pada kenyataannya
program tersebut belum bisa jalankan karena pencairan dana membutuhkan proses
yang lama, dengan beberapa tahapan yang perlu dilakukan pemerintahan desa
setempat.
Adapun tahap awal yang telah mereka lakukan yaitu membangun
pintu masuk utama desa wiasata tenun disebelah timur wilayah Cepagan. Harapan
masyarakat Cepagan begitu besar tehadap program desa wisata tenun, jika program
ini dapat terlaksananya dengan baik, maka perekonomian masyarakat desa Cepagan
akan stabil, tidak ada lagi masyarakat yang kekurangan dalam memenuhi
kebutuhannya.
TANTANGAN
DAN HAMBATAN
Kelompok pengusaha tenun menghadapi beberapa tantangan dan
hambatan yang perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut.
1. Tantangan
a. Orientasi sasaran konsumen masih terbatas
pada masyarakat tertentu dan belum dapat menyeluruh
b. Kemampuan melayani pesanan tenun
masih cukup terbatas dalam kuantitasnya.
c. Persaingan pasar yang cukup ketat
tekait kualitas hasil tenun dan banyaknya variasi hasil tenun.
2. Hamabatan
a. Tingkat pendidikan mereka rata-rata
sekolah dasar sehingga kemampuan dalam strategi pemasaran masih rendah. Begitu
juga dengan mengelola catatan keluar masuk uang belum terbiasa.
b. Apabila ada warga desa atau saudara
yang mempunyai hajat, mereka cenderung libur karena membantu hajatan tersebut.
c. Sumbangan yang bersifat kemanusiaan
dan kesepakatan sering muncul dipedesaan.
d. Permintaan konsumen yang
mengharapakan jenis-jenis baru dari hasil tenun, sehingga membuat para pengrajin
kualahan.
Kesimpulan
Pengembangan usaha tenun perlu
adanya pendampingan yang jelas dalam mengarahkan usahanya, butuh waktu dan
proses yang panjang. Serta sumber dana yang cukup besar untung menambah
produksi tenun. Proses pendampingan dilakukan secara bertahap dan seimbangan
dengan menyesuaikan kultur masyarakat serta menstabilkan semangat bisnis para
pengajin tenun.
Rekomendasi
A. Diperlukan juga sarana yang
memfasilitasi dalam hal pengenalan, pendidikan, serta pelestarian tenun ATBM
itu sendiri, agar informasi tentang proses, produk serta perkembangan tenun
ATBM Pekalongan dikenal dan diketahui oleh masyarakat umum.
B.
Perlu ada sebuah wadah komunikasi bersama berupa koperasi, paguyuban
atau kelompok bersama yang menjadi sarana komunikasi dan pengembangan bagi para
pengrajin dan pengusaha tenun ATBM.
DAFTAR
PUSTAKA
Faisal Basri, perekonomian
Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2002)