Sunday, 23 August 2015

karya ilmiyah PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TENUN SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT CEPAGAN, WARUNGASEM, BATANG


PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TENUN
SEBAGAI USAHA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
CEPAGAN, WARUNGASEM, BATANG

Abstract
Bangsa indonesia yang kini sedang mengalami transisi demokrasi merasakan kebutuhan dan keinginan yang mendalam untuk meninggalkan buruknya kinerja ekonomi dan praktik-praktik atau perilaku individu dan pemerinyahan yang telah menimbulkan kemiskinan, ketidaktahuan, kesenjangan, dan ketergantungan. Adapun kebijakan pemerintah yang dilakukan antara lain dengan adanya otonomi daerah yang mengatur segala sesuatunya, terlebih dibidang ekonomi.
Hakikat otonomi daerah adalah mengembangkan manusia-manusia Indonesia yang otonom, yang memberikan kekuasaan bagi terkuaknya potensi-potensi terbaik yang dimiliki oleh setiap individu secara optimal. Individu-individu yang otonom menjadi modal dasar bagi perwujudan otonomi daerah yang hakiki. Oleh karena itu, penguatan otonomi daerah harus membuka kesempatan yang sama dan seluas-luasnya bagi setiap pelaku dalam rambu-rambu yang disepakati bersama sebagai jaminan terselenggaranya social order. Diluar itu pada prinsipnya tidak boleh ada pembatasan, khusunya dalam mobilitas faktor-faktor produksi.
Referensi : Faisal Basri, perekonomian Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2002)

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan kawasan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Tidak hanya kekayaan alam saja, bahkan terkenal dengan negara yang memiliki kekayaan budaya yang begitu mempesona dimata dunia. Tidak bisa dipungkiri lagi banyak hasil-hasil budaya pun dapat dinikmati oleh para wisatanwan, baik domestik maupun manca negara. Seperti batik, kerajinan tangan, lukisan, tenun dan masih banyak lagi hasil-hasil seni budaya dari Indonesia. Begitu bangganya menjadi warga Indonesia yang mempunyai banyak harta berharga yang tak ternilai harganya. Rangkaian karya seni dari tangan-tangan masyarakat Indonesia memberikan nilai plus. Bahkan dari hasil karya seni budaya ini menambah income negara. Seperti hasil tenun yang diproduksi indonesia, baik tenun hasil mesin ataupun dengan alat tradisonal (ATBM). Dimana hasil tenun tersebut bisa menjadi berbagai jenis barang, seperti: sajadah, taplak meja, kerudung, sorban, tikar dan masih banyak lagi jenisnya. Warisan budaya ini pastinya harus dilestarikan agar tetap mejadi ciri khas Indonesia. Dari proses awal pembuatanya bahkan alat yang digunakan pun perlu dijaga. Adapun tenun yang bukan menggunkan mesin, dikenal dengan ATBM, yang mana dalam proses pembuatannya masing menggunakan alat tradisional.
Tenun ATBM merupakan kerajinan yang berupa kain yang dibuat dari benang dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin, yang dikerjakan dengan Alat Tenun Bukan Mesin. Indonesia sangat kaya akan hasil tenun tradisional yang beraneka ragam, masing-masing daerah mempunyai keunikan ragam hias yang dipengaruhi oleh adat istiadat budaya setempat, serta alat yang digunakan. Salah satu daerah penghasil tenun ATBM adalah Kota Batang. Tepatnya didaerah Warungasem banyak terdapat pengrajin tenun khususnya di desa Cepagan. Para pengrajin banyak memproduksi kain tenun berbahan dasar benang sebagaimata pencahariannya. Disana belum memiliki sarana dan fasilitas bersama. Selain itu, belum ada pengembangan kawasan sehingga belum terbentuk kawasan industri terpadu yang memfasilitasi berbagai macam kegiatan. Masing-masing pengusaha dan pengrajin bergerak sendiri-sendiri, belum ada sebuah wadah komunikasi bersama berupa koperasi, paguyuban atau kelompok bersama. Diperlukan pula wadah berupa ruang yang menjadi sarana komunikasi dan pengembangan bagi para pengrajin dan pengusaha tenun ATBM di Cepagan. Sehingga income yang didapatkan belum maksimal. Perlu adanya manajemen yang baik dalam pengembangan dan pengelolaan jasil tenun.
Hasil survey yang kami dapatkan, memperlihatkan kondisi berikut:
1.      Tempat kerja yang kurang kondusif
2.      Kuantitas hasil yang dijual masih rendah
3.      Jenis barang yang diproduksi tidak bervariasi
4.      Peralatan yang dimiliki masih minim jumlahnya
5.      Usaha mereka tida dilandasi dengan semangat yang memadai
6.      Tingkat pendidikan juga mempengaruhi manajemen berbisnis
7.      Perluasan jaringan pemasaran kurang bagus
8.      Pengambilan tenaga kerja yang tidak proporsional.
Disamping kekurangan tersebut, para produsen tenun ini mempunyai klebihan sebgai berikut:
1.      Memiliki keuletan dalam mengelola bisnis tenun
2.      Moral yang agamis
3.      Kerja keras
4.      Keinginan untuk berkembang
5.      Mental dan naluri bisnis yang baik
6.      Memiliki potensi serta peluang mengembangkan bisnis sebagai penopang kehidupan keluarga.
Alasan pentingnya pengembangan usaha tenun desa Cepaga juga didasari oleh faktor-faktor lainnya, seperti perlunya pelestarian tenun sebagai warisan budaya yang menjadi aset berharga bagi negara. Perlu adanya proses pewarisan mengenai pengetahuan tentang tenun menenun agar tidak musnah. Aoalagi mereka memiliki jiwa bisnis yang cukup bagus, sehinggan pengembangan dapat dilakukan turun menurun kepada anak cucu mereka nanti.

PERMASALAHAN

Mengacu pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana mensinergikan pengembangan usaha tenun sebagai faktor peningkatan ekonomi masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang diharapkan, dengan mengembangkan hasil tenun melalui peningkatan kualitas dan kuantitas serta memperluas jaringan pemasaran ?

Tujuan :
1.      Memanfaatkan peluang dan kesempatan potensi masyarakat Cepagan
2.      Menanamkan dan meningkatkan jiwa wirausaha para pengrajin tenun
3.      Mengembangkan jenis dan bentuk hasil tenun dipasaran
4.      Menyadarkan para pengrajin tenun akan pentingnya melestarikan warisan budaya
5.      Meningkatkan pendapatan para penjual jamu tradisional per hari
6.      Menambah wawasan keilmuan dalam mengembangkan usaha tenun

Outcome :
1.      Kerajinan tenun akan disukai oleh konsumen disemua lapisan masyarakat
2.      Profil jiwa wirausaha para pengrajin tenun menigkat sehingga terbentuk usaha tenun yang berwawasan bisnis
3.      Jenis dan bentuk produksi tenun menigkat secara kualitas dan kuantitas di pasaran
4.      Para pengrajin menyadari akan pentingnya menjaga warisan budaya yang begitu berharga
5.      Meningkatnya pendapatan para pengrajin tenun per harinya.
6.      Kerajinan tenun dapat dilestarikan oleh masyarakat

Pada hasil survey kami sudah ada upaya mengenai pengembangan usaha tenan dengan menjadikan lokasi desa Cepagan sebagai desa wisata tenun, akan tetapi upaya tersebut agaknya terhambat karena beberapa faktor. Pendaaan program tersebut di alokasikan dari dana PNPM, kurang lebih dana yang dianggarkan mencapai Rp 100.000.000,00 dari pemerintah. Pada kenyataannya program tersebut belum bisa jalankan karena pencairan dana membutuhkan proses yang lama, dengan beberapa tahapan yang perlu dilakukan pemerintahan desa setempat.
Adapun tahap awal yang telah mereka lakukan yaitu membangun pintu masuk utama desa wiasata tenun disebelah timur wilayah Cepagan. Harapan masyarakat Cepagan begitu besar tehadap program desa wisata tenun, jika program ini dapat terlaksananya dengan baik, maka perekonomian masyarakat desa Cepagan akan stabil, tidak ada lagi masyarakat yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya.

TANTANGAN DAN HAMBATAN
Kelompok pengusaha tenun menghadapi beberapa tantangan dan hambatan yang perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut.
1.      Tantangan
a.       Orientasi sasaran konsumen masih terbatas pada masyarakat tertentu dan belum dapat menyeluruh
b.      Kemampuan melayani pesanan tenun masih cukup terbatas dalam kuantitasnya.
c.       Persaingan pasar yang cukup ketat tekait kualitas hasil tenun dan banyaknya variasi hasil tenun.
2.      Hamabatan
a.       Tingkat pendidikan mereka rata-rata sekolah dasar sehingga kemampuan dalam strategi pemasaran masih rendah. Begitu juga dengan mengelola catatan keluar masuk uang belum terbiasa.
b.      Apabila ada warga desa atau saudara yang mempunyai hajat, mereka cenderung libur karena membantu hajatan tersebut.
c.       Sumbangan yang bersifat kemanusiaan dan kesepakatan sering muncul dipedesaan.
d.      Permintaan konsumen yang mengharapakan jenis-jenis baru dari hasil tenun, sehingga membuat para pengrajin kualahan.

 Kesimpulan
Pengembangan usaha tenun perlu adanya pendampingan yang jelas dalam mengarahkan usahanya, butuh waktu dan proses yang panjang. Serta sumber dana yang cukup besar untung menambah produksi tenun. Proses pendampingan dilakukan secara bertahap dan seimbangan dengan menyesuaikan kultur masyarakat serta menstabilkan semangat bisnis para pengajin tenun.

Rekomendasi
A.    Diperlukan juga sarana yang memfasilitasi dalam hal pengenalan, pendidikan, serta pelestarian tenun ATBM itu sendiri, agar informasi tentang proses, produk serta perkembangan tenun ATBM Pekalongan dikenal dan diketahui oleh masyarakat umum.
B.     Perlu ada sebuah wadah komunikasi bersama berupa koperasi, paguyuban atau kelompok bersama yang menjadi sarana komunikasi dan pengembangan bagi para pengrajin dan pengusaha tenun ATBM.

DAFTAR PUSTAKA



Faisal Basri, perekonomian Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2002)