BAB
I
PENDAHULUAN
Ilmu filsafat adalah
study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis
dan dijabarkan dalam konsep yang sangat mendasar. Filsafat dalam realitanya tidak
dilakukan melalui eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan. Tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, member
argumentasi, dan alas an yang tepat untu mencari solusi tertentu. Akhi dari
proses-proses itu kemudian dimasukkan kedalam proses dialektika untuk study
falsafi, mutlak diperlukan logika berfikir dan logika bahasa.
Filsafat juga bisa
berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya
tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap yang skeptic yang
mempertanyakan segala hal.
Seiring berjalanya
waktu, perkembangan filsafat sangat pesat, yang sebelumnya filsafat hanya
ditemukan di yunani sekarang sudah
meluas sampai kalangan timur tengah atau yang biasa disebut filsafat islam.
Fisafat islam adalah
filsafat yang keseluruhan cendekia nya adalah islam, ada sejumlah perbedaan
besar yang mendasar antara filsafat islam dengan filsafat yang lain. Dintaranya
adalah:
a)
Walaupun filsuf-filsuf islam banyak
menggali kembali pemikiran-pemikiran dari filsuf yunani seperti Aristoteles dan
Plotinus akan tetapi kemudian disesuaikanya dengan ajaran agama islam.
b)
Islam adalah agama tauhid jadi kalau
didalam filsafat yang lain masih mencari Tuhan, dalam filsafat islam justru Tuhan sudah
ditemukan[1].
Banyak
tokoh-tokoh islam yang menjadi seorang filosof Islam, diantaranya adalah:
Al-kindi, Al- farabi, ibn Sina, Al-Ghozali,Ibn Rusdy, ikhwan As-shafa, Ar-Rozi,
Ibn Tufail, Ibn Maskawaih, M. Iqbal dan masih banyak lagi.
Kesemuanya
mempunyai pemikiran yang berbeda-beda dan beraneka ragam tentang berbagai hal.
Seperti pemikira filsafat yang digagas oleh Ar-Razi beliau adalah orang yang
sangat cerdas, beliau bahkan hamper menguasai semua aspek keilmuan. Baik itu
ilmu seni karena beliau adalah pecinta alan music kecapi, beliau juga pandai di
bidang kimia, matematika, astronomi, bahkan beliau juga ahli dibidang
kedokteran, sehinggga karena kepandaianya dibidang tersebut beliau pernah di
percaya memimpi rumah sakit di kota kelahiranya di kota rayy, kemudia beliau
juga dipercaya memimpin rmah sakit di bagdad.
Adapun
dalam makalah ini
kamakan membahas tentang sejarah kehidupan filosof isla Ar-Rozi da
pemkiran-pemikiran filsafatnya. Selamat membaca……..
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Riwayat
Al-Razi
Sebelum
kita membahas tentang pemikiran filsafat islam Ar-Razi marilah terlebih dahulu
kita mengetahui riwayat sejarah Ar-Razi. Ar-Razi mempunyai nama lain yaitu Abu
Bakar Muhamad Ibn Zakaria Ibn Yahya Ar-Razi. Beliau lahir di Rayy pada tanggal
1 sya’ban 251 H/865M. Pada masa mudanya Ar- Razi menjadi tukang intan dan suka
pada alat musik (kecapi). Beliau juga cukup suka terhadap ilmu kimia, sehingga
tidak heran apabila kedua mata beliau menjadi buta karena hasil dari
eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh beliau.
Beliau
juga belajar ilmu kedokteran (obat-obatan) dengan begitu tekun kepada seseorang
dokter dan filosof yang bernama Ali Ibn Robban Al-Thabari. Jadi dimungkinkan
minat menjadi filsafat agama ditularkan oleh gurunya ini. Karena, ayah gurunya
ini adalah seorang pendeta yahudi yang ahli dalam berbagai kitab-kitab suci.
Karena
kemahiranya dalam bidang kedokteran Ar-Razi beliau dipercaya untuk memimpin
rmah sakit di kotanya. Pada waktu ia pergi ke bagdad, dimasa khalifah muhtafi
pada tahun 289 H, ia juga diseahi untuk memimpin sebuah rumah sakit selama 6
tahun[2].
Sebagai
seorang yang kesohor baik pemikiran maupun akhlaknya beliau mempunyai banyak
murid yang berbondong-bondong ingin belajar kepada beliau. Beliau mempunyai
metode belajar dalam menyampaikan pemikiranya yaitu dengan menggunakan metode
pengembangan daya inteletual. Apabila murid-muridnya bertanya maka Ar-Razi maka
beliau tidak langsung menjawab pertanyaannya, tetapi pertanyaan itu
dilempar kembali kepada murid-murid
lainya yang terbagi kepada beberapa kelompok. Apabila kelompok pertama tidak
bisa memecahkanya, maka pertanyaan itu dilemparkan kepada kelompok kedua, dan
begitu seterusnya. Sehingga apabila tidak ada yang sanggup maka kemudian baru
Ar-Razi yang akan menjawab pertanyaan itu.
Kalau
beliau tidak bersama murid-muridnya, beliau akanselalu menggunaka waktunya untu
menuls dan belajar. Kemungkinan karena aktifitas itulah yang mengakibatkan
beliau mengalami kebutaan selain dari percobaan-percobaan kimia yang beliau
lakukan.
Sebagai
seorang filosof dan dokter beliau juga mempunyai sifat yang lemah lembut dan
pemurah, saying kepada murid da pasien-pasiennya. Dermawan, karena itu
memberikan pengobatan secara gratis kepada mereka yang tidak mampu (materi).
Al-Razi meninggal dunia pada tanggal 5 sya’ban 313 H/7 oktober 925 M. sampai
beliau meninggal beliau belum dapat disembuhkan kebutaan matanya.
B. Fisafatnya
Al-Razi
Al-Razi
adalah seorang pemikir ulung Ar-Razi yang aktif berkarya, beliau telah banyak
mebuat buku. Bahkan beliau sendiri yang menyiapka catalog yag kemudian
diproduksi oleh Ibn Al-Nadim. Tidak hanya buku-buku tentang pemikiran
filsafatnya saja, tetapi beliau juga menulis buku tentang kedokteran, illmu
fisika, logika, matematika, astronomi, dll.
Banyak
pendapat yang berkaitan tentang berapa jumla karya Ar-Razi. Meurut Abu Usaibah buku
Ar-Razi berjumlah 36, Dr. Mahmud Al-Najmabadi mengatakan bahwa Ar-Razi telah
menulis 250 judukl buku, dll[3].
Diantara
buku-bukunya yang terkenal adalah :
a) Al-
Tibb al- Ruhani
b) Al-
Shirath al- Falsafiyah
c) Amarat
Iqbal al Daulah
d) Kitab
al Ladzdzah
e) Kitab
al ibn al ilahi
f) Makalah
fi mabadd al tabiah
g) Al
Syukur ‘ala Proclas
Diatara filsafat
Ar-Razi adalah
1. Logika
Ar-Razi
adalah seorang pemikir yang termasuk rasionalis murni. Beliau hanya percaya
terhadap kekuatan akal/logika. Bahkan di dalam bidang kedokteran study klinis
yang dilakukanya telah menemukan metode yang kuat, dengan hanya berpijak dari
observasi dan eksperimen.
Bahkan
pemujaan Ar-Razi terhadap akal sangat kelihatan jelas pada halaman pertama dari
bukunya al tibb. Beliau mengatakan: tuha segala puji bagi-Nya, yang telah
member akal agar denganya kita dapat mengetahui yang gelap, yang jauh, dan yang
tersembunyi dari kita, dengan alat itu pula kita dapat memperoleh pengetahuan
tentang Tuhan, satu pengetahuan tertnggi, maka kita tidak boleh meremehkannya,
kita tidak boleh menentukanya, sebab ia adalah penentu atau tidak boleh
mengendalikan, sebab ia pemerintah tetapi kita harus kembali kepadanya dalam
segala hal dan menentukan segala masalah denganya kita harus sesuai perintah-Nya[4].
Dambaan
akal merujuk pada kekuasaan tertinggi. Karena pendapat seperti itu berarti
menantikan segalanya, kecuali melalui akal. Ar-Razi memang menentang kenabian
wahyu dan kecenderungan berfikir
irrasional. Segalanya harus masuk akal ilmiyah dan logis. Sehingga akal sebagai
criteria prima dalam pengetahuan dan perilaku. Dan perbedaan manusia adalah
disebabkan oleh perbedaannya pemupukan akal karena ada yang memperhatikan hal
tersebut dan ada yang tidak memperhatikanya, baik dalam segi teoritis maupun
yang bersifat praktis.
2. Metafisika
Pokok-pokok
pendirian Al-Razi dalam pemikiran ini adalah pertama, alam kedua dan ketiga
kekekalan gerak. Ia menolak mereka yang berpendapat bahwa alam adalah prinsip
gerak terutama Aristoteles dan para pengulasnya. Ia juga menolak ketidak
perluan membuktikan keeratan alam, karena ia tak terbukti dengan sendirinya.
Jika alam itu satu dan sama, maka kenapa ia dapat menimbulkan berbagai akibat
pada batu dan manusia. Jika alam
menembus tubuh, bukanlah ia berarti bahwa dua benda dapat menempati satu tempat
yang sama?
Pemikiran
tersebut dikatakan banyaj orang yang meragukan tentang keaslianya. Tetapi
terlepas dari semua itu bahka Ar-Razi ingin menolak semua ajaran yang
beranggapan bahwa alam adalah prinsip gerakdan penciptaan dengan menunjukan
kontradiksi-kontradiksi ajaran-ajaran itu. Bagi beliau tidak ada tempatuntuk
mengakui alam sebagai prinsip aksi dan gerak.
Adanya
pendapat yang seperti itu menunjukan kontradiksi antara satu sama lain. Hal ini
berarti bersifat polemik dan dialektis, sehingga tidak dapat dirujukan kepada
pendapat Al-Razi tentang waktu, ruang dan Tuhan. Karena itu tulisan yang diatas
yang dikatakan sebagai pokok-pokok pendirian Al-Razi adalah palsu, bukan
tahapan lain dari perkembangan jiwa Al-Razi.
Filsafat
Al-Razi sebenarnya diwarnai oleh doktrinya tentang kekekalan yaitu Tuhan, ruh
universal, materi pertama, ruang mutlak dan waktu mutlak. Kelima hal tersebut
adalah landasan ajaran flsafatnya.
Dari
lima kekekalan itu ada dua yang hidup dan bergerak yaitu,Tuhan dan Ruh yang
pasif dan tidak hidup adalah materi pembentuk setiap wjud dan dua lagi yang
tidak hidup, tidak bergerak, dan tidak pasif yaitu kehampaan dan
keberlangsungan.
Berkut
ini adalah uraian singkat tentang lima kekekalan yang menjadi dasar filsafat
Al-Razi :
a) Tuhan
Tuhan
bersifat sempurna. Tidaka ada kebijakan yang tidak sengaja, oleh sebab itu
ketidak sengajaan tidak bisa disifatkan kepada-NYA.tuhan menciptakan sesuatu
tidak ada yang bisa menandingi-NYA dan tidak dapat yang bisa menolak kehendak
yang ditetapkan oleh-NYA. Ia mengetahui
segala sesuatu, tetapi Ruh hanya bisa mengetahui dari eksperimen. Tuhan
mengetahui bahwa ruh cenderung pada materi dan membutuhkan kesenangan pada
materikemudian ruh mengkatkan diri kepadanya. Tuhan dengan penuh kebijakan-NYA
mengatur ikatan tersebut agar dapat tercapai jalan yang sempurna. Setelah itu
tuhan memberikan kepandaian dan kemampuan pengamatan kepada ruh. Inilah enapa
mengapa ruh mengingat dunia nyata, dan mengetahui bahwa selama ia berada dala
dunia materi, ia tak pernah terbebas dari dari rasa sakit, maka ia
memnginginkan dunia itu da begitu ia terpisah dari materi itu, maka ia akan tinggal disana penuh dengan
kebahagiaan utuk slamanya[5].
Sehinga
dengan demikian seluruh sikap skipts pada kekekalan dunia dan maujudnya
kejahata dapat dihilangkan. Jika kita mengalami adalanya kebijakan sang
Pecinta.
b) Ruh
Tuhan
meciptaka dunia ini tanpa desakan oleh siapapun. Tetapi ia memutuskan
penciptan-NYA setelah pada mulanya tidak berkehendak untuk tidak
menciptakanya.sapakah yan membuatnya? Di sini mestinya harus ada keabadian lain
yang membuat ia mmutuskan. Apakah keaadian lain itu? Demikian menurut Al-Razi.
Keabadian
lain adalah ruh yang hidup, tetapi ia bodoh. Materi juga kekal. Karena
kebodohanya ruh mencintai materi dan membuat bentuk dirinya untuk memperoleh
kebahagiaan materi. Tetapi materi menolak, sehinga Tuhan campur tanga membantu
ruh. Dengan bantuan inilah diciptakanya dunia dan menciptakan didalamnya
bentuk-bentu yang kuat yang didalamnya ruh dapat memeroleh kebahagiaan jasmani.
Kemudian Tuhan menciptakan manusia guna menyadarkan ruh dan menunjukan
kepadanya bahwa dunia ini bukanlah dunia yang sebenarnya dalam arti hakiki.
c) Materi
Menurut Al-Razi kemutlakan materi
pertama terdri dari atom-atom. Setiap atom mempunyai volume kalau tidak maka
pengumpulan atom-atom tersebut tidak dapat dibentuk. Apabila duniaini di
hancurkan, maka ia akan terpisah-pisah dalambeuntuk atom-atom . denga demikian
materi bersal dari kekekalan karena tidak mungkin menyatakan sesuatu yang berasal
dari ketiadaan sesuatu[6].
d) Ruang
Menurut
Ar-Razi ruang adalah tempat keberadaan materi. Ia mengatakan bahwa materi
adalah kekal dank arena materi itu mempunyai ruang maka ada suatu ruang yang
kekal.
e) Waktu
Waktu
adalah substansi yang mengalir, ia adalah kekal. Ar-Razi senantiasa menentang
mereka (Aristoteles dan para pengikutnya) yang berpendapat bahwa waktu adalah
jumlah gerak benda, karena iika demikian, maka tidak mungkin bagi dua benda
yang bergerak untuk bergerak dalam waktu yang sama dengan dua jumlah yang
berbeda[7].
Theologi Ar-Razi
Meskipun Al-Razi seorang rasionalis
murni ia tetap ertuhan hanya ia tidak mengetahui adanya wahyu dan kenabian.[8]
Sebelum perlu diketengahkan makna wahyu dan
kenabian. Wahyu pada dasarnya bermakna bentuk komunikasi Tuhan dengan
makhluk-Nya. Ini mengandung arti bahwa semua makhluk berhak atas komunikasi
dengan Tuhan sebagai syarat kelangsungan eksistensialitasnya, yang oleh
karenanya wahyu adalah hak
setiap makhluk Tuhan untuk dapat melangsungkan kehidupannya dalam kekuasaan-Nya.[9]
Secara khusus, tujuan darisetiap kansbian adalah:
1.
Mengajak
kepada Tuhan, mengenal dan mendekatkan diri kepada-Nya (lihat QS. Al-Ahzab:
45-46). Sebab sesungguhnya, kesempurnaan manusia terletak pada tindakan manusia
menuju Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Manusia memiliki privilese
khusus, bahwa realitasnya berakar pada Tuhan dan fitrahnya adalah mencari Tuhan
(lihat QS. Al-Hijr:29).
2.
Menegakkan
keadilan, keselamatan dan memperoleh kebahagiaan baik yang bersifat dunia
(monotheisme sosial) maupun akherat (monotheisme teoritis dan praktis
individual). Hal ini sejalan dengan ayat 25 surat al-Hadid. Bila dicermati,
misi nabi adalah monotheisme sosial dengan prasyarat monotheisme teoritis dan
praktis individual.[10]
Bantahan Al-Razi terhadap kenabian dengan alasan:
1.
Bahwa
akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar
dan yang jahat yang berguna dan yang tak berguna. Melalui aal manusia dapat
mengetahui Tuhan dan mengatur kehidupan kita sebaik-baiknya. Kemudian mengapa
masih dibutuhka nabi?
2.
Tidak
ada keistimewaan bagi beberapa orang untuk membimbing smua orang, sebab setiap
orang lahir dengan kecerdasan yang sama perbedaannya bukanlah karena pembawaan
alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan (eksperimen).
3.
Para
nabi saling bertentangan. Apabila mereka berbicara atas nama satu Tuhan mengapa
implementasi mereka terhadap pertentangan? Setelah menolak kenabian kemudian
Al-Razi mengkritik agama secara umum. Ia menjelaskan kontradiksi-kontradiksi
kaum Yahudi Kristen ataupun Majusi. Pengikatan manusia terhadap agama adalah
karena meniru dan kebiasaan, kkeuasaan ulama yang mengabdi negara dan
manifestasi lahiriah agama, upacara-upacara, dan peribadatan yang mempengaruhi
mereka yang sederhana dan naif.[11]
Al-Razi mengkritik
secara sistematis kitab-kitab wahyu Al-Qur’an dan injil. Ia mencoba mengkritik yang satu dengan menggunakan yang lainnya.
Misalnya ia mengkritik agama Yahudi
dengan paham-paham Kristen dan Islam. Kemudian ia mengkritik Al-Qur’an dengan
Injil.
Pertama ia menolak
mu’jizatnya Al-Qur’an baik karena gayanya mapun isinya dan menegaskan adanya
kemungkinan menulis kitab yang lebih baik dalam gaya yang lebih baik.
Al-Razi lebih suka
terhadap buku-buku ilmiah dari pada kitab suci, sebab buku-buku ilmiah lebih
berguna bagi kehidupan manusia dari pada kita-kitab suci. Buku-buku kedokteran, astronomi, geometri dan logika lebih
berguna dari pada Injil dan Al-Qur’an. Penulis-penulis buku ilmiah ini telah
menemukan kenyataan dan kebenaran melalui kecerdasan mereka sendiri tanpa
bantuan para nabi.[12]
PENUTUP
Al-Razi sebenarnya filosuf yang
hidup pada masa pendewaan akal secara berlebihan. Hal ini sebagaimana
Mu’tazillah yang merupakan aliran theologi dalam Islam. Apabila ia seorang
muslim, maka iia muslim yang tidak sempurna (tidak kaffah), karena tidak
mempercayai adanya wahyu dan kenabian. Pemikiran filsafatnya tidak sistematis
dan tak teratur. Namun pada masanya ia dipandang sebagai pemikir ulung yang
tegar dan liberal di dalam Islam. Bahkan dalam sejarah dialah satu-satunya pemikir
rasional murni sangat mempercyai kekuatan akal, bebas dari segala prasangka,
dan terlalu berani dalam mengemukakan gagasan-gagasan filosufinya.
Ia seorang yang bertuhan, dan mengaku Tuhan Maha Bijak, tetapi ia tidak
megakui wahyu-Nya/ajaran-Nya (agama). Sebaliknya mempercayai kemajuan dan
pemikiran manusia. Kami mengakui tetnang keberaniannya dalam penggunaan akal
sebagai ukuran untuk menilai baik dan buruk, benar dan jahat atau berguna dan
tidak berguna.
Sehubungan dengan peolakan terhadap wahyu dan kenabian serta tidak mengakui
adanya semua agama, maka dipandang dari segi theologi Islam adalah belum muslim
karena keimanan yag dipeluknya tidak konsekuen dalam pengertian tidak utuh.
Selebihya wallahu’alam bis shawab.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. H.A. Mustofa. 1997. Filsafat Islam, Bandung:
CV. Pustaka Setia
Al-Jauharie, Imam Khanafie. 2006. Filsafat Islam
Pendekatan Tematis, Pekalongan: STAIN Press
Nasution, Harun. 1998. Islam Rasional. Bandung:
Mizan
Madkour, Ibrohim. 1996. Filsafat Islam Mtode dan
Penerapan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Wikipedia,
Filsafat Islam