Tuesday, 6 October 2015

MAKALAH PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TENTANG KERIBADIAN MUSLIM


PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
TENTANG KERIBADIAN MUSLIM

           
                                                                   
PENDAHULUAN

Suatu usaha tidaklah mempunyai arti apa-apa jika usaha tersebut tidak mempunyai tujuan. Dalam batasan mengenai pendidikan, telah disebutkan bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim. Kepribadian muslim merupakan tujuan akhr dari setiap usaha pendidikan Islam.
Dalam makalah ini akan dikemukakan bagaimana bentuk kepribadian muslm menurut konsepsi Islam. Kepribadian bukan terjadi dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu, banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian, apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab, sepenuhnya dtentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dan perjalanan hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia itu.



PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepribadian Muslim
Sebelum mengetahui tentang kepribadian, terlebih kta memahami tentag karakter dan temperamen. Karakter lebh menjurus ke arah tabat-tabiat yang disebut benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui. Temperamen ialah satu segi dari kepribadan yang erat hubungannya dengan perimbangan zat-zat cair yang ada dalam tubuh.[1]
Dengan demikian kepribadian adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang ada dalam diri individu yang bersifat psikofisik dalam interaksinya dengan lingkungan yang menyebabkan individu itu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukkan ciri-ciri yang khas yang membedakannya dengan individu lain.
Jadi kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya. Sesungguhnya orang yang memiliki kepribadian muslim adalah orang yang memiliki kepribadian yang mantap (al-Nafsu al-Mutmainnah), dia hidup berdasarkan fitrah yang telah diberikan Allah.[2]

B.     Aspek-aspek Kepribadian Muslim
Pada garis besarnya aspek-aspek keprbadian itu dapat dgolongkan menjadi tiga hal :
1.      Aspek-aspek jasmaniah; meliputi tingkah aku luar yang mudah napak dan ketahuan dari luar, seperti cara-cara berbuat, berbicara dan lain sebagainya;
2.      Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, seperti cara berpikir, sikap dan minat;
3.      Aspek-aspek kerohanian yang luhur; melputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yatu filsafat hidup dan kepercayaan, meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian dan menjadi ciri bagi kualitas keseluruhan individu;[3]
Prinsip ajaran moral yang yang harus menjadi hiasan tiap pribadi muslim menurut Al-Qur’an :
1.      Seorang muslim tidak boleh memandang hina kepada orang lain (QS. Al-Hujurat : 11);
2.      Seorang musm tidak boleh berburuk sangka dan tidak boleh mengintai kesalahan orang lain (QS.A-Hujurat : 12)
3.      Islam menyuruh pada persatuan (QS. Ali Imron: 103, QS Al-Anfal: 46)
4.      Islam menyerukan agar membayarkan amanat dan menepati janji (QS. An Nisa’ : 58, Al-Muminuun : 8, Al-Isra: 3)
5.      Islam melarang takabur dan sombong (QS. Al-Isro’ : 37, Luqman: 18)
Demikianlah sebagian kecil dari ajaran Al-Qur’an tentang tingkah laku manusa dan budi pekerti seorang muslim. Ajaran-ajaran tersebut sudah tentu harus ditanamkan, diajarkan, dididikkan kepada setiap individu mulism agar dapat menjadi hiasan dunia. Hasil dari usaha tersebut akan membekas pada tiap pribadi muslim yaitu berupa sifat yang diwajibkan oleh Islam dimiliki oleh setiap muslim.[4]
Dalam bukunya Syaikh M. Jalaludin Mahfuzh yang berjudul Psikologi anak dan remaja muslim disebutkan bahwa ada 3 hal yang menjadi inti dari kepribadian muslim, yaitu:
1.      Menyerahkan diri kepada Allah
Membentuk pribadi yang islami  harus atas dasar kesaadran menyerahkan diri kepada Allah
2.      Kebebasan dan kemuliaan manusia
Pribadi seorang muslim harus melepaskan diri dar pengabdian kepada selain Allah, sehingga ia benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan ketakutan dan perasaan apa saja yang dapat emperlemah dan melecehkan kemuliaan insani.
3.      Membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan
Mengatasi rasa takut dengan pendekatan aspek akidah tauhid. Ia tanamkan akidah atau keyakinan ke hati setiap muslim bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah semata.[5]

C.    Proses Pembentukan Pribadi
Proses kepribadian terdiri dari 3 taraf, yakni :
1.      Pembiasaan
Pembagian ini sesuai dengan salah satu dasar perkembangan manusia, bahwa pembinaan yang lebih banyak memerlukan tenaga-tenaga keprbadian yang lebih rendah (jasmaniah) akan lebih mudah dan lebih dahulu dapat mulai dilaksanakan dari pada yang memerlukan tenaga yang lebih tinggi (rohaniah).
Tujuan dari pembiasaan ini adalah untuk membentuk aspek  kejasmaniahan dari kepribadian atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu (pengetahuan (hafalan).
2.      Pembentukan pengertian
Pada taraf kedua diberikan pengetahuan dan pengertian dan ditanamkan kesusilaan yang rapat hubungannya dengan kepercayaan. Tujuan dari pembentukan taraf kedua ini :
a.       pembentukan cara-cara berfikir yang tepat, minat yang kuat dan tepat ( pendirian yang tepat)
b.      Memberi ilmu-ilmu pengetahuan dan nlai kemasyarakatan, kesusilaan keagamaan;
c.       Menuntun seseorang ke arah pelaksanaan nilai-nilai itu dalam kehidupan;
d.      Keseluruhannya merupakan persiapan untuk pembentukan taraf ketiga (pembentukan kerohanan yang luhur).
3.      Pembentukan kerohanian luhur
Pembinaan ini menanamkan kepercayaan kepada rukun iman. Dalam hal ini alat yang utama adalah tenaga-tenaga budi dan tenaga-tenaga kejiwaan sebagai alat tambahan. Pikiran dengan disinar oleh budi mendapatkan pengenalan akan Allah.
Dalam pembentukan ketiga ini akan menghasilkan adanya kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala apa yang dipikirkannya, dipilihnya dan dputuskannya, serta dilakukannya adalah berdasarkan keinsyafannya sendiri dengan rasa tanggung jawab.[6]

D.    Stabilitas Kepribadian
Tujuan dari pendidikan kepribadian adalah tebentuknya kerpibadian yang harmonis dan stabil. Seseorang dapat dikatakan mempunyai kepribadan yang stabil apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Adanya keseimbangan antara tenaga-tenaga kepribadian. Keseimbangan yang dimaksud bahwa besarnya tenaga-tenaga itu seimbang dengan kebutuhan pada taraf tertentu.
2.      Keseimbangan antara pengaruh diri pribadi dengan pengaruh luar. Dapat kita ketahu bahwa akhir dari kepribadian yang harmonis adalah kepribadian yang dapat memilih,  memutuskan dan mempertanggungjawabkannya sendiri.[7]
Dari kedua ciri di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses stabilisasi kepribadian berlangsung proses harmonisasi yaitu menyeimbangkan tenaga kepribadian dan menyeimbangkan diri pribadi dengan pengaruh luar. Selain itu juga berlangsung proses individualisasi, yaitu proses ke arah berdiri sendiri sebagai individu.
Dalam stabilitas kepribadian ini terdapat taraf-taraf kestabilan yang dibagi atas 4 tingkat dengan diselingi 3 macam keguncangan.
1.      Masa stabil pertama
Pada masa permulaan masa kanak-kanak (masa astetis=keindahan) usia 2,0 th mulailah tmbul keguncangan. Kegoncangan ini penting artinya untuk masa stabil yang akan datang. Anak-anak ulai menginsafi karena pengalamannya bahwa lngkungannya terpisah dari dirinya.
2.      Masa stabil kedua
Kestabilan kedua ini akan berlangsung selama masa intelek (± 7,0 s.d 13 th). Pada masa ini masuk pikiran dalam perimbangan dan terjadi harmonisme karena anak telah dapat memisahkan diri dengan lingkungannya yang baik.
Masa kegucangan kedua ini disebut dengan masa panca roba. Karena pada masa ini mulai dengan perubahan-perubahan susunan dan fungsi kelenjar kelamin yang dapat menyebabkan timbulnya nafsu birahi yang kadang-kadang memuncak.
3.      Masa stabil ketiga (masa dewasa)
 Kestabilan dalam hal jasmaniah sudah dapat dikatakan mantap. Dalam segi kejiwaanu telah terdapat keharmonisan dalam perimbangan antara perasaan kemauan dan pikiran.
Masa keguncangan pada masa ketiga ini terjadi ketika usia sedang meningkat (60 th) ketika prestasi jasmani telah menurun. Masa ini adalah masa krisis nilai-nilai.
4.      Masa kestabian yang sempurna
Cir-ciri dari kestabilan seseorang manusia yang sempurna adalah keseimbangan antara tenaga-tenaga kepribadian yang tertinggi dengan yang rendah, keharmonisan hidup di masyarakat dan kesempurnaan penyerahan diri kepada Allah.[8]





KESIMPULAN

Kepribadian muslim merupakan suatu hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian tidak terjadi sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu , banyak faktor yang membentuk kepribadian muslim tersebut. Setiap pribadi muslim harus memiliki prinsip ajaran moral yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjadi hiasan setiap pribadi.
Inti keribadan muslim adalah menyerahkan diri kepada Allah , kebebasan dan kemuliaan manusia, membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan.



DAFTAR PUSTAKA


Khobir, Abdul. 1995. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis). Pekalongan: STAN Pekalongan Press.

Zuhairiri. 1995. Filsafat Pendidikan Islam . Jakarta: Bumi Aksara.

Mahfuzh, M. Jalaludin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

D. Marimba, Ahmad. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif.





[1] Abdul Khobir, Flsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis), (Pekalongan: STAN Pekalongan Press, 1995), h. 200.
[2] Ibid., h.130
[3] Ibid., h.131-132
[4] Zuhairiri, Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 186
[5] M. Jalaludn Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, t.t), h. 113-114
[6] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif, 1962), h. 66
[7] Ibid., h. 75-81
[8] Ibid., h.100-104