PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
TENTANG KERIBADIAN MUSLIM
PENDAHULUAN
Suatu usaha tidaklah mempunyai arti
apa-apa jika usaha tersebut tidak mempunyai tujuan. Dalam batasan mengenai
pendidikan, telah disebutkan bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah
terbentuknya kepribadian muslim. Kepribadian muslim merupakan tujuan akhr dari
setiap usaha pendidikan Islam.
Dalam makalah ini akan dikemukakan
bagaimana bentuk kepribadian muslm menurut konsepsi Islam. Kepribadian bukan
terjadi dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang
panjang. Oleh karena itu, banyak faktor yang ikut ambil bagian
dalam pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian, apakah
kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau
biadab, sepenuhnya dtentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dan
perjalanan hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar
peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia itu.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepribadian Muslim
Sebelum mengetahui tentang kepribadian, terlebih
kta memahami tentag karakter dan temperamen. Karakter lebh menjurus ke arah
tabat-tabiat yang disebut benar atau salah, sesuai atau tidak sesuai dengan
norma-norma sosial yang diakui. Temperamen ialah satu segi dari kepribadan yang
erat hubungannya dengan perimbangan zat-zat cair yang ada dalam tubuh.[1]
Dengan demikian kepribadian adalah sifat-sifat dan
aspek-aspek tingkah laku yang ada dalam diri individu yang bersifat psikofisik
dalam interaksinya dengan lingkungan yang menyebabkan individu itu berbuat dan
bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukkan ciri-ciri yang khas
yang membedakannya dengan individu lain.
Jadi kepribadian muslim adalah kepribadian yang
seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegatan jiwanya maupun
falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dan
penyerahan diri kepada-Nya. Sesungguhnya orang yang memiliki kepribadian muslim
adalah orang yang memiliki kepribadian yang mantap (al-Nafsu al-Mutmainnah),
dia hidup berdasarkan fitrah yang telah diberikan Allah.[2]
B.
Aspek-aspek
Kepribadian Muslim
Pada garis besarnya aspek-aspek keprbadian itu
dapat dgolongkan menjadi tiga hal :
1.
Aspek-aspek
jasmaniah; meliputi tingkah aku luar yang mudah napak dan ketahuan dari luar,
seperti cara-cara berbuat, berbicara dan lain sebagainya;
2.
Aspek-aspek
kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan
dari luar, seperti cara berpikir, sikap dan minat;
3.
Aspek-aspek
kerohanian yang luhur; melputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yatu
filsafat hidup dan kepercayaan, meliputi sistem nilai yang telah meresap dalam
kepribadian dan menjadi ciri bagi kualitas keseluruhan individu;[3]
Prinsip ajaran moral yang yang harus menjadi
hiasan tiap pribadi muslim menurut Al-Qur’an :
1.
Seorang
muslim tidak boleh memandang hina kepada orang lain (QS. Al-Hujurat : 11);
2.
Seorang musm
tidak boleh berburuk sangka dan tidak boleh mengintai kesalahan orang lain
(QS.A-Hujurat : 12)
3.
Islam
menyuruh pada persatuan (QS. Ali Imron: 103, QS Al-Anfal: 46)
4.
Islam
menyerukan agar membayarkan amanat dan menepati janji (QS. An Nisa’ : 58,
Al-Muminuun : 8, Al-Isra: 3)
5.
Islam
melarang takabur dan sombong (QS. Al-Isro’ : 37, Luqman: 18)
Demikianlah sebagian kecil dari ajaran Al-Qur’an
tentang tingkah laku manusa dan budi pekerti seorang muslim. Ajaran-ajaran
tersebut sudah tentu harus ditanamkan, diajarkan, dididikkan kepada setiap
individu mulism agar dapat menjadi hiasan dunia. Hasil dari usaha tersebut akan
membekas pada tiap pribadi muslim yaitu berupa sifat yang diwajibkan oleh Islam
dimiliki oleh setiap muslim.[4]
Dalam bukunya Syaikh M. Jalaludin Mahfuzh yang
berjudul Psikologi anak dan remaja muslim disebutkan bahwa ada 3 hal yang
menjadi inti dari kepribadian muslim, yaitu:
1.
Menyerahkan
diri kepada Allah
Membentuk pribadi yang
islami harus atas dasar kesaadran
menyerahkan diri kepada Allah
2.
Kebebasan dan
kemuliaan manusia
Pribadi seorang muslim
harus melepaskan diri dar pengabdian kepada selain Allah, sehingga ia
benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan ketakutan dan perasaan apa saja yang
dapat emperlemah dan melecehkan kemuliaan insani.
3.
Membebaskan
pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan
Mengatasi rasa takut
dengan pendekatan aspek akidah tauhid. Ia tanamkan akidah atau keyakinan ke
hati setiap muslim bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah
semata.[5]
C.
Proses
Pembentukan Pribadi
Proses kepribadian terdiri dari 3 taraf, yakni :
1.
Pembiasaan
Pembagian
ini sesuai dengan salah satu dasar perkembangan manusia, bahwa pembinaan yang
lebih banyak memerlukan tenaga-tenaga keprbadian yang lebih rendah (jasmaniah)
akan lebih mudah dan lebih dahulu dapat mulai dilaksanakan dari pada yang
memerlukan tenaga yang lebih tinggi (rohaniah).
Tujuan
dari pembiasaan ini adalah untuk membentuk aspek kejasmaniahan dari kepribadian atau memberi
kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu (pengetahuan (hafalan).
2.
Pembentukan
pengertian
Pada
taraf kedua diberikan pengetahuan dan pengertian dan ditanamkan kesusilaan yang
rapat hubungannya dengan kepercayaan. Tujuan dari pembentukan taraf kedua ini :
a. pembentukan cara-cara berfikir yang tepat, minat
yang kuat dan tepat ( pendirian yang tepat)
b. Memberi ilmu-ilmu pengetahuan dan nlai
kemasyarakatan, kesusilaan keagamaan;
c. Menuntun seseorang ke arah pelaksanaan nilai-nilai
itu dalam kehidupan;
d. Keseluruhannya merupakan persiapan untuk
pembentukan taraf ketiga (pembentukan kerohanan yang luhur).
3.
Pembentukan
kerohanian luhur
Pembinaan
ini menanamkan kepercayaan kepada rukun iman. Dalam hal ini alat yang utama
adalah tenaga-tenaga budi dan tenaga-tenaga kejiwaan sebagai alat tambahan.
Pikiran dengan disinar oleh budi mendapatkan pengenalan akan Allah.
Dalam
pembentukan ketiga ini akan menghasilkan adanya kesadaran dan pengertian yang
mendalam. Segala apa yang dipikirkannya, dipilihnya dan dputuskannya, serta
dilakukannya adalah berdasarkan keinsyafannya sendiri dengan rasa tanggung
jawab.[6]
D.
Stabilitas
Kepribadian
Tujuan dari pendidikan kepribadian adalah
tebentuknya kerpibadian yang harmonis dan stabil. Seseorang dapat dikatakan
mempunyai kepribadan yang stabil apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Adanya
keseimbangan antara tenaga-tenaga kepribadian. Keseimbangan yang dimaksud bahwa
besarnya tenaga-tenaga itu seimbang dengan kebutuhan pada taraf tertentu.
2.
Keseimbangan
antara pengaruh diri pribadi dengan pengaruh luar. Dapat kita ketahu bahwa
akhir dari kepribadian yang harmonis adalah kepribadian yang dapat
memilih, memutuskan dan
mempertanggungjawabkannya sendiri.[7]
Dari kedua ciri di atas dapat dikatakan bahwa
dalam proses stabilisasi kepribadian berlangsung proses harmonisasi yaitu
menyeimbangkan tenaga kepribadian dan menyeimbangkan diri pribadi dengan pengaruh
luar. Selain itu juga berlangsung proses individualisasi, yaitu proses ke arah
berdiri sendiri sebagai individu.
Dalam stabilitas kepribadian ini terdapat
taraf-taraf kestabilan yang dibagi atas 4 tingkat dengan diselingi 3 macam
keguncangan.
1.
Masa stabil
pertama
Pada
masa permulaan masa kanak-kanak (masa astetis=keindahan) usia 2,0 th mulailah
tmbul keguncangan. Kegoncangan ini penting artinya untuk masa stabil yang akan
datang. Anak-anak ulai menginsafi karena pengalamannya bahwa lngkungannya terpisah
dari dirinya.
2.
Masa stabil
kedua
Kestabilan
kedua ini akan berlangsung selama masa intelek (± 7,0 s.d 13 th). Pada masa ini
masuk pikiran dalam perimbangan dan terjadi harmonisme karena anak telah dapat
memisahkan diri dengan lingkungannya yang baik.
Masa
kegucangan kedua ini disebut dengan masa panca roba. Karena pada masa ini mulai
dengan perubahan-perubahan susunan dan fungsi kelenjar kelamin yang dapat
menyebabkan timbulnya nafsu birahi yang kadang-kadang memuncak.
3.
Masa stabil
ketiga (masa dewasa)
Kestabilan dalam hal jasmaniah sudah dapat
dikatakan mantap. Dalam segi kejiwaanu telah terdapat keharmonisan dalam
perimbangan antara perasaan kemauan dan pikiran.
Masa
keguncangan pada masa ketiga ini terjadi ketika usia sedang meningkat (60 th) ketika
prestasi jasmani telah menurun. Masa ini adalah masa krisis nilai-nilai.
4.
Masa
kestabian yang sempurna
Cir-ciri
dari kestabilan seseorang manusia yang sempurna adalah keseimbangan antara
tenaga-tenaga kepribadian yang tertinggi dengan yang rendah, keharmonisan hidup
di masyarakat dan kesempurnaan penyerahan diri kepada Allah.[8]
KESIMPULAN
Kepribadian muslim
merupakan suatu hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian tidak terjadi
sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh
karena itu , banyak faktor yang membentuk kepribadian muslim tersebut. Setiap
pribadi muslim harus memiliki prinsip ajaran moral yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan menjadi hiasan setiap pribadi.
Inti keribadan
muslim adalah menyerahkan diri kepada Allah , kebebasan dan kemuliaan manusia,
membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan.
DAFTAR PUSTAKA
Khobir,
Abdul. 1995. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis). Pekalongan:
STAN Pekalongan Press.
Zuhairiri. 1995. Filsafat
Pendidikan Islam . Jakarta: Bumi Aksara.
Mahfuzh, M. Jalaludin. Psikologi
Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
D. Marimba, Ahmad. 1962. Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Maarif.