Friday 4 September 2015

makalah filsafat islam al razi (Abu Bakar Muhamad Ibn Zakaria Ibn Yahya Ar-Razi.)


BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu filsafat adalah study tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep yang sangat mendasar. Filsafat dalam realitanya tidak dilakukan melalui eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan. Tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, member argumentasi, dan alas an yang tepat untu mencari solusi tertentu. Akhi dari proses-proses itu kemudian dimasukkan kedalam proses dialektika untuk study falsafi, mutlak diperlukan logika berfikir dan logika bahasa.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap yang skeptic yang mempertanyakan segala hal.
Seiring berjalanya waktu, perkembangan filsafat sangat pesat, yang sebelumnya filsafat hanya ditemukan di yunani  sekarang sudah meluas sampai kalangan timur tengah atau yang biasa disebut filsafat islam.
Fisafat islam adalah filsafat yang keseluruhan cendekia nya adalah islam, ada sejumlah perbedaan besar yang mendasar antara filsafat islam dengan filsafat yang lain. Dintaranya adalah:
a)   Walaupun filsuf-filsuf islam banyak menggali kembali pemikiran-pemikiran dari filsuf yunani seperti Aristoteles dan Plotinus akan tetapi kemudian disesuaikanya dengan ajaran agama islam.
b)   Islam adalah agama tauhid jadi kalau didalam filsafat yang lain masih mencari Tuhan, dalam filsafat islam justru Tuhan sudah ditemukan[1].

Banyak tokoh-tokoh islam yang menjadi seorang filosof Islam, diantaranya adalah: Al-kindi, Al- farabi, ibn Sina, Al-Ghozali,Ibn Rusdy, ikhwan As-shafa, Ar-Rozi, Ibn Tufail, Ibn Maskawaih, M. Iqbal dan masih banyak lagi.
Kesemuanya mempunyai pemikiran yang berbeda-beda dan beraneka ragam tentang berbagai hal. Seperti pemikira filsafat yang digagas oleh Ar-Razi beliau adalah orang yang sangat cerdas, beliau bahkan hamper menguasai semua aspek keilmuan. Baik itu ilmu seni karena beliau adalah pecinta alan music kecapi, beliau juga pandai di bidang kimia, matematika, astronomi, bahkan beliau juga ahli dibidang kedokteran, sehinggga karena kepandaianya dibidang tersebut beliau pernah di percaya memimpi rumah sakit di kota kelahiranya di kota rayy, kemudia beliau juga dipercaya memimpin rmah sakit di bagdad.
Adapun dalam makalah ini kamakan membahas tentang sejarah kehidupan filosof isla Ar-Rozi da pemkiran-pemikiran filsafatnya. Selamat membaca……..
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Riwayat Al-Razi
Sebelum kita membahas tentang pemikiran filsafat islam Ar-Razi marilah terlebih dahulu kita mengetahui riwayat sejarah Ar-Razi. Ar-Razi mempunyai nama lain yaitu Abu Bakar Muhamad Ibn Zakaria Ibn Yahya Ar-Razi. Beliau lahir di Rayy pada tanggal 1 sya’ban 251 H/865M. Pada masa mudanya Ar- Razi menjadi tukang intan dan suka pada alat musik (kecapi). Beliau juga cukup suka terhadap ilmu kimia, sehingga tidak heran apabila kedua mata beliau menjadi buta karena hasil dari eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh beliau.
Beliau juga belajar ilmu kedokteran (obat-obatan) dengan begitu tekun kepada seseorang dokter dan filosof yang bernama Ali Ibn Robban Al-Thabari. Jadi dimungkinkan minat menjadi filsafat agama ditularkan oleh gurunya ini. Karena, ayah gurunya ini adalah seorang pendeta yahudi yang ahli dalam berbagai kitab-kitab suci.
Karena kemahiranya dalam bidang kedokteran Ar-Razi beliau dipercaya untuk memimpin rmah sakit di kotanya. Pada waktu ia pergi ke bagdad, dimasa khalifah muhtafi pada tahun 289 H, ia juga diseahi untuk memimpin sebuah rumah sakit selama 6 tahun[2].
Sebagai seorang yang kesohor baik pemikiran maupun akhlaknya beliau mempunyai banyak murid yang berbondong-bondong ingin belajar kepada beliau. Beliau mempunyai metode belajar dalam menyampaikan pemikiranya yaitu dengan menggunakan metode pengembangan daya inteletual. Apabila murid-muridnya bertanya maka Ar-Razi maka beliau tidak langsung menjawab pertanyaannya, tetapi pertanyaan itu dilempar  kembali kepada murid-murid lainya yang terbagi kepada beberapa kelompok. Apabila kelompok pertama tidak bisa memecahkanya, maka pertanyaan itu dilemparkan kepada kelompok kedua, dan begitu seterusnya. Sehingga apabila tidak ada yang sanggup maka kemudian baru Ar-Razi yang akan menjawab pertanyaan itu.
Kalau beliau tidak bersama murid-muridnya, beliau akanselalu menggunaka waktunya untu menuls dan belajar. Kemungkinan karena aktifitas itulah yang mengakibatkan beliau mengalami kebutaan selain dari percobaan-percobaan kimia yang beliau lakukan.
Sebagai seorang filosof dan dokter beliau juga mempunyai sifat yang lemah lembut dan pemurah, saying kepada murid da pasien-pasiennya. Dermawan, karena itu memberikan pengobatan secara gratis kepada mereka yang tidak mampu (materi). Al-Razi meninggal dunia pada tanggal 5 sya’ban 313 H/7 oktober 925 M. sampai beliau meninggal beliau belum dapat disembuhkan kebutaan matanya.

B.     Fisafatnya Al-Razi
Al-Razi adalah seorang pemikir ulung Ar-Razi yang aktif berkarya, beliau telah banyak mebuat buku. Bahkan beliau sendiri yang menyiapka catalog yag kemudian diproduksi oleh Ibn Al-Nadim. Tidak hanya buku-buku tentang pemikiran filsafatnya saja, tetapi beliau juga menulis buku tentang kedokteran, illmu fisika, logika, matematika, astronomi, dll.
Banyak pendapat yang berkaitan tentang berapa jumla karya Ar-Razi. Meurut Abu Usaibah buku Ar-Razi berjumlah 36, Dr. Mahmud Al-Najmabadi mengatakan bahwa Ar-Razi telah menulis 250 judukl buku, dll[3].
Diantara buku-bukunya yang terkenal adalah :
a)      Al- Tibb al- Ruhani
b)      Al- Shirath al- Falsafiyah
c)      Amarat Iqbal al Daulah
d)     Kitab al Ladzdzah
e)      Kitab al ibn al ilahi
f)       Makalah fi mabadd al tabiah
g)      Al Syukur ‘ala Proclas

Diatara filsafat Ar-Razi adalah
1.      Logika
Ar-Razi adalah seorang pemikir yang termasuk rasionalis murni. Beliau hanya percaya terhadap kekuatan akal/logika. Bahkan di dalam bidang kedokteran study klinis yang dilakukanya telah menemukan metode yang kuat, dengan hanya berpijak dari observasi dan eksperimen.
Bahkan pemujaan Ar-Razi terhadap akal sangat kelihatan jelas pada halaman pertama dari bukunya al tibb. Beliau mengatakan: tuha segala puji bagi-Nya, yang telah member akal agar denganya kita dapat mengetahui yang gelap, yang jauh, dan yang tersembunyi dari kita, dengan alat itu pula kita dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, satu pengetahuan tertnggi, maka kita tidak boleh meremehkannya, kita tidak boleh menentukanya, sebab ia adalah penentu atau tidak boleh mengendalikan, sebab ia pemerintah tetapi kita harus kembali kepadanya dalam segala hal dan menentukan segala masalah denganya kita harus sesuai perintah-Nya[4].
Dambaan akal merujuk pada kekuasaan tertinggi. Karena pendapat seperti itu berarti menantikan segalanya, kecuali melalui akal. Ar-Razi memang menentang kenabian wahyu dan kecenderungan  berfikir irrasional. Segalanya harus masuk akal ilmiyah dan logis. Sehingga akal sebagai criteria prima dalam pengetahuan dan perilaku. Dan perbedaan manusia adalah disebabkan oleh perbedaannya pemupukan akal karena ada yang memperhatikan hal tersebut dan ada yang tidak memperhatikanya, baik dalam segi teoritis maupun yang bersifat praktis.
2.      Metafisika
Pokok-pokok pendirian Al-Razi dalam pemikiran ini adalah pertama, alam kedua dan ketiga kekekalan gerak. Ia menolak mereka yang berpendapat bahwa alam adalah prinsip gerak terutama Aristoteles dan para pengulasnya. Ia juga menolak ketidak perluan membuktikan keeratan alam, karena ia tak terbukti dengan sendirinya. Jika alam itu satu dan sama, maka kenapa ia dapat menimbulkan berbagai akibat pada batu dan  manusia. Jika alam menembus tubuh, bukanlah ia berarti bahwa dua benda dapat menempati satu tempat yang sama?
Pemikiran tersebut dikatakan banyaj orang yang meragukan tentang keaslianya. Tetapi terlepas dari semua itu bahka Ar-Razi ingin menolak semua ajaran yang beranggapan bahwa alam adalah prinsip gerakdan penciptaan dengan menunjukan kontradiksi-kontradiksi ajaran-ajaran itu. Bagi beliau tidak ada tempatuntuk mengakui alam sebagai prinsip aksi dan gerak.
Adanya pendapat yang seperti itu menunjukan kontradiksi antara satu sama lain. Hal ini berarti bersifat polemik dan dialektis, sehingga tidak dapat dirujukan kepada pendapat Al-Razi tentang waktu, ruang dan Tuhan. Karena itu tulisan yang diatas yang dikatakan sebagai pokok-pokok pendirian Al-Razi adalah palsu, bukan tahapan lain dari perkembangan jiwa Al-Razi.
Filsafat Al-Razi sebenarnya diwarnai oleh doktrinya tentang kekekalan yaitu Tuhan, ruh universal, materi pertama, ruang mutlak dan waktu mutlak. Kelima hal tersebut adalah landasan ajaran flsafatnya.
Dari lima kekekalan itu ada dua yang hidup dan bergerak yaitu,Tuhan dan Ruh yang pasif dan tidak hidup adalah materi pembentuk setiap wjud dan dua lagi yang tidak hidup, tidak bergerak, dan tidak pasif yaitu kehampaan dan keberlangsungan.
Berkut ini adalah uraian singkat tentang lima kekekalan yang menjadi dasar filsafat Al-Razi :

a)      Tuhan
Tuhan bersifat sempurna. Tidaka ada kebijakan yang tidak sengaja, oleh sebab itu ketidak sengajaan tidak bisa disifatkan kepada-NYA.tuhan menciptakan sesuatu tidak ada yang bisa menandingi-NYA dan tidak dapat yang bisa menolak kehendak yang ditetapkan oleh-NYA.  Ia mengetahui segala sesuatu, tetapi Ruh hanya bisa mengetahui dari eksperimen. Tuhan mengetahui bahwa ruh cenderung pada materi dan membutuhkan kesenangan pada materikemudian ruh mengkatkan diri kepadanya. Tuhan dengan penuh kebijakan-NYA mengatur ikatan tersebut agar dapat tercapai jalan yang sempurna. Setelah itu tuhan memberikan kepandaian dan kemampuan pengamatan kepada ruh. Inilah enapa mengapa ruh mengingat dunia nyata, dan mengetahui bahwa selama ia berada dala dunia materi, ia tak pernah terbebas dari dari rasa sakit, maka ia memnginginkan dunia itu da begitu ia terpisah dari materi  itu, maka ia akan tinggal disana penuh dengan kebahagiaan utuk slamanya[5].
Sehinga dengan demikian seluruh sikap skipts pada kekekalan dunia dan maujudnya kejahata dapat dihilangkan. Jika kita mengalami adalanya kebijakan sang Pecinta.

b)      Ruh
Tuhan meciptaka dunia ini tanpa desakan oleh siapapun. Tetapi ia memutuskan penciptan-NYA setelah pada mulanya tidak berkehendak untuk tidak menciptakanya.sapakah yan membuatnya? Di sini mestinya harus ada keabadian lain yang membuat ia mmutuskan. Apakah keaadian lain itu? Demikian menurut Al-Razi.
Keabadian lain adalah ruh yang hidup, tetapi ia bodoh. Materi juga kekal. Karena kebodohanya ruh mencintai materi dan membuat bentuk dirinya untuk memperoleh kebahagiaan materi. Tetapi materi menolak, sehinga Tuhan campur tanga membantu ruh. Dengan bantuan inilah diciptakanya dunia dan menciptakan didalamnya bentuk-bentu yang kuat yang didalamnya ruh dapat memeroleh kebahagiaan jasmani. Kemudian Tuhan menciptakan manusia guna menyadarkan ruh dan menunjukan kepadanya bahwa dunia ini bukanlah dunia yang sebenarnya dalam arti hakiki.

c)      Materi       
Menurut Al-Razi kemutlakan materi pertama terdri dari atom-atom. Setiap atom mempunyai volume kalau tidak maka pengumpulan atom-atom tersebut tidak dapat dibentuk. Apabila duniaini di hancurkan, maka ia akan terpisah-pisah dalambeuntuk atom-atom . denga demikian materi bersal dari kekekalan karena tidak mungkin menyatakan sesuatu yang berasal dari ketiadaan sesuatu[6].
d)     Ruang
Menurut Ar-Razi ruang adalah tempat keberadaan materi. Ia mengatakan bahwa materi adalah kekal dank arena materi itu mempunyai ruang maka ada suatu ruang yang kekal.

e)      Waktu
Waktu adalah substansi yang mengalir, ia adalah kekal. Ar-Razi senantiasa menentang mereka (Aristoteles dan para pengikutnya) yang berpendapat bahwa waktu adalah jumlah gerak benda, karena iika demikian, maka tidak mungkin bagi dua benda yang bergerak untuk bergerak dalam waktu yang sama dengan dua jumlah yang berbeda[7].
            Theologi Ar-Razi
Meskipun Al-Razi seorang rasionalis murni ia tetap ertuhan hanya ia tidak mengetahui adanya wahyu dan kenabian.[8]
Sebelum perlu diketengahkan makna wahyu dan kenabian. Wahyu pada dasarnya bermakna bentuk komunikasi Tuhan dengan makhluk-Nya. Ini mengandung arti bahwa semua makhluk berhak atas komunikasi dengan Tuhan sebagai syarat kelangsungan eksistensialitasnya, yang oleh karenanya wahyu adalah hak setiap makhluk Tuhan untuk dapat melangsungkan kehidupannya dalam kekuasaan-Nya.[9]
Secara khusus, tujuan darisetiap kansbian adalah:
1.      Mengajak kepada Tuhan, mengenal dan mendekatkan diri kepada-Nya (lihat QS. Al-Ahzab: 45-46). Sebab sesungguhnya, kesempurnaan manusia terletak pada tindakan manusia menuju Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Manusia memiliki privilese khusus, bahwa realitasnya berakar pada Tuhan dan fitrahnya adalah mencari Tuhan (lihat QS. Al-Hijr:29).
2.      Menegakkan keadilan, keselamatan dan memperoleh kebahagiaan baik yang bersifat dunia (monotheisme sosial) maupun akherat (monotheisme teoritis dan praktis individual). Hal ini sejalan dengan ayat 25 surat al-Hadid. Bila dicermati, misi nabi adalah monotheisme sosial dengan prasyarat monotheisme teoritis dan praktis individual.[10]
Bantahan Al-Razi terhadap kenabian dengan alasan:
1.      Bahwa akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang jahat yang berguna dan yang tak berguna. Melalui aal manusia dapat mengetahui Tuhan dan mengatur kehidupan kita sebaik-baiknya. Kemudian mengapa masih dibutuhka nabi?
2.      Tidak ada keistimewaan bagi beberapa orang untuk membimbing smua orang, sebab setiap orang lahir dengan kecerdasan yang sama perbedaannya bukanlah karena pembawaan alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan (eksperimen).
3.      Para nabi saling bertentangan. Apabila mereka berbicara atas nama satu Tuhan mengapa implementasi mereka terhadap pertentangan? Setelah menolak kenabian kemudian Al-Razi mengkritik agama secara umum. Ia menjelaskan kontradiksi-kontradiksi kaum Yahudi Kristen ataupun Majusi. Pengikatan manusia terhadap agama adalah karena meniru dan kebiasaan, kkeuasaan ulama yang mengabdi negara dan manifestasi lahiriah agama, upacara-upacara, dan peribadatan yang mempengaruhi mereka yang sederhana dan naif.[11]
Al-Razi mengkritik secara sistematis kitab-kitab wahyu Al-Qur’an dan injil. Ia mencoba mengkritik yang satu dengan menggunakan yang lainnya. Misalnya ia mengkritik  agama Yahudi dengan paham-paham Kristen dan Islam. Kemudian ia mengkritik Al-Qur’an dengan Injil.
Pertama ia menolak mu’jizatnya Al-Qur’an baik karena gayanya mapun isinya dan menegaskan adanya kemungkinan menulis kitab yang lebih baik dalam gaya yang lebih baik.
Al-Razi lebih suka terhadap buku-buku ilmiah dari pada kitab suci, sebab buku-buku ilmiah lebih berguna bagi kehidupan manusia dari pada kita-kitab suci. Buku-buku kedokteran, astronomi, geometri dan logika lebih berguna dari pada Injil dan Al-Qur’an. Penulis-penulis buku ilmiah ini telah menemukan kenyataan dan kebenaran melalui kecerdasan mereka sendiri tanpa bantuan para nabi.[12]


PENUTUP

Al-Razi  sebenarnya filosuf yang hidup pada masa pendewaan akal secara berlebihan. Hal ini sebagaimana Mu’tazillah yang merupakan aliran theologi dalam Islam. Apabila ia seorang muslim, maka iia muslim yang tidak sempurna (tidak kaffah), karena tidak mempercayai adanya wahyu dan kenabian. Pemikiran filsafatnya tidak sistematis dan tak teratur. Namun pada masanya ia dipandang sebagai pemikir ulung yang tegar dan liberal di dalam Islam. Bahkan dalam sejarah dialah satu-satunya pemikir rasional murni sangat mempercyai kekuatan akal, bebas dari segala prasangka, dan terlalu berani dalam mengemukakan gagasan-gagasan filosufinya.
Ia seorang yang bertuhan, dan mengaku Tuhan Maha Bijak, tetapi ia tidak megakui wahyu-Nya/ajaran-Nya (agama). Sebaliknya mempercayai kemajuan dan pemikiran manusia. Kami mengakui tetnang keberaniannya dalam penggunaan akal sebagai ukuran untuk menilai baik dan buruk, benar dan jahat atau berguna dan tidak berguna.
Sehubungan dengan peolakan terhadap wahyu dan kenabian serta tidak mengakui adanya semua agama, maka dipandang dari segi theologi Islam adalah belum muslim karena keimanan yag dipeluknya tidak konsekuen dalam pengertian tidak utuh. Selebihya wallahu’alam bis shawab.


DAFTAR PUSTAKA

Drs. H.A. Mustofa. 1997. Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia

Al-Jauharie, Imam Khanafie. 2006. Filsafat Islam Pendekatan Tematis, Pekalongan: STAIN Press

Nasution, Harun. 1998. Islam Rasional. Bandung: Mizan

Madkour, Ibrohim. 1996. Filsafat Islam Mtode dan Penerapan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Wikipedia, Filsafat Islam






[1] Wikipedia, Filsafat Islam
[2] Drs. H.A. Mustofa, Filsafat islam, Bandung, CV. Pustaka Setia, Th.1997. h. 115-116
[3] Ibid, h 117
[4]Ibid, h. 118
[5] .Ibid. h.120
[6]  Ibid, h.122
[7] Ibid, h. 123
[8] Ibid, h. 123.
[9] Imam Khanafie Al-Jamharie, Filsafat Islam Pendekatan Tematis, (Pekalongan: STAIN Press, 2006), h. 62
[10] Ibid, h. 63-64.
[11]  Drs. H.A. Mustofa, op.cit., h. 124
[12] Ibid, h. 124.